TEMPO.CO, Beijing - Otoritas Cina secara resmi memblokir akses Internet terhadap situs Guardian. Situs media massa asal Inggris itu diblokir pemerintah dan sebagian besar akses situs tersebut tidak bisa dinikmati masyarakat. Dilansir Guardian, Kamis, 9 Januari 2014, sejumlah pengakses Internet telah mencoba berbagai browser untuk membuka situs berita tersebut, tetapi tak satu pun yang berhasil.
Pemblokiran terhadap situs berita asing bukan hal yang baru di Cina. Sebelumnya, pemerintah secara resmi memblokir akses terhadap situs Internet Bloomberg dan New York Times. Dua situs itu diblokir sejak tahun 2012 lalu. November 2013 lalu, situs Reuters dan Wall Street Journal edisi bahasa Mandarin juga sempat diblokir. Namun, pemerintah Cina mencabut blokir itu sebulan kemudian.
Situs Guardian diblokir sejak kemarin, Rabu, 8 Januari 2014, waktu setempat. Pemerintah Cina awalnya hanya memblokir sebagian akses menuju portal berita tersebut. Pengguna Internet masih bisa mengakses Guardian melalui piranti bergerak mereka, seperti iPad. Begitu juga dengan versi mobile application lain yang masih bisa beroperasi.
Memasukki sore hari, pemerintah pun mulai menerapkan sensor penuh terhadap situs media pimpinan Alan Rusbridger itu. Namun, sejumlah pengakses Internet di Cina menyatakan sensor itu tidak stabil. Kadang sensor bekerja baik, tetapi ada juga yang bisa mengakses halaman muka situs tersebut. “Berbagai cara untuk mengakses situs itu dari Beijing, tapi semua gagal jika tanpa software tertentu,” begitu pernyataan resmi Guardian.
Guardian pun mempertanyakan alasan pemerintah Cina memberlakukan sensor dan blokir terhadap situs mereka. Soalnya, mereka tidak pernah membuat berita apa pun yang terkait dengan Cina selama beberapa waktu belakangan. “Alasan pemblokiran itu juga tidak jelas,” ujar mereka.
Hanya saja mereka mengakui pernah membuat sejumlah berita mengenai perselisihan etnis yang terjadi di Provinsi Xinjiang. Persoalan etnis itu memang merupakan hal yang sensitif bagi pemerintah dan masyarakat Cina. Namun, mereka menyatakan berita itu masih wajar dan tidak menimbulkan persoalan apa pun antara pemerintah, warga Cina dan situs berita tersebut.
Sedangkan juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Hua Chunying, menolak berkomentar soal pemblokiran tersebut. Menurut dia, pemblokiran itu bukan urusan Kementerian Luar Negeri. “Saya baru mendengar hal itu, tapi saya tidak tahu bagaimana kondisinya,” kata dia.
GUARDIAN | NY TIMES | DIMAS SIREGAR
Berita Terpopuler
500 Warga Jepang Sakit Usai Santap Makanan Beku
Sidang Mursi Ditunda hingga 1 Februari
Amerika Serikat Kirim Pasukan dan Tank ke Korsel
Badai Salju, Napi Kembali ke Bui Setelah Kabur
Terjebak Es, Dua Kapal Ini Akhirnya Bebas