TEMPO.CO, Jakarta - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menanggapi soal pekerja seks komersial (PSK) eks Dolly yang berbondong-bondong ke kabupaten Malang, Jawa Timur. Menurut dia, PSK yang berada di Surabaya kebanyakan berasal dari kota apel itu. "Ya memang dari sana asalnya," kata Risma, Jumat, 10 Januari 2014
Di sisi lain, Risma tak mengharapkan para PSK tersebut berpindah tempat. Langkahnya menutup Dolly dan seluruh lokalisasi di Surabaya bukan untuk menggusur tempat tinggal para PSK dan mucikari. Dalam rangka membekali para eks PSK dan mucikari, pihaknya memberikan pelatihan keterampilan dan bimbingan spiritual. Di antaranya keterampilan menjahit, memasak, menyulam, dan sebagainya.
Tujuannya, ingin mengentaskan kehidupan mereka ke arah yang lebih baik. "Ternyata karya mereka bagus-bagus, kok," ujar Risma.
Selain memberikan pelatihan, pemerintah kota Surabaya memberikan uang pesangon. Dana tersebut diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai modal usaha. Namun, pada kenyataannya tak demikian. Sebagian dari mereka justru berpindah ke tempat yang baru.
Yayasan Paramitra Malang menemukan sedikitnya 10 PSK dari Dolly "membuka praktek" di Kabupaten Malang. Mereka menyerbu lokalisasi di daerah Kabupaten Malang dan sekitarnya, seperti lokalisasi Suko di Kecamatan Sumberpucung.
Selain Suko, masih ada banyak lokalisasi di Malang, yakni lokalisasi Slorok dan Kandangsapi di Kecamatan Gondanglegi, lokalisasi Kali Kudu di Kecamatan Pujon, lokalisasi Kebobang Wonosari, serta lokalisasi Kromengan, Kebobang, dan Embong Miring di Kecamatan Ngantang. Di antara beberapa lokalisasi tersebut, tampaknya Suko menjadi favorit PSK asal Surabaya. Selain Surabaya, eks PSK Banyuwangi dan Tulungagung juga menyerbu Malang
DEWI SUCI RAHAYU