TEMPO.CO, Palangkaraya - Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kalimantan Tengah, Leonard Samuel Ampung, mengatakan pengamanan terhadap jembatan di daerahnya harus ditingkatkan karena fondasi jembatan rawan ditabrak kapal maupun tongkang pengangkut hasil bumi, seperti kayu, bijih besi, hingga batu bara.
Menurut Leonard, peningkatan pengamanan perlu dilakukan setelah fondasi Jembatan Bajarum di Desa Bajarum, Kecamatan Kota Besi, Kabupaten Kotawaringin Timur, ditabrak tongkang pengangkut bijih besi pada 21 Desember 2013.
Jembatan dengan panjang bentangan 380 meter, yang merupakan satu-satunya akses penghubung antara Palangkaraya dan Katingan ke Kotawaringin Timur dan Kotawaringin Barat itu, mengalami kerusakan. Untuk memperbaikinya dibutuhkan biaya Rp 7 miliar. “Diperkirakan akhir Februari 2014 baru bisa digunakan secara normal,” katanya, Minggu, 12 Januari 2014.
Leonard menjelaskan, di Kalimantan Tengah terdapat 10 jembatan dengan bentangan yang panjang. Di antaranya Jembatan Hasan Basri di Kabupaten Barito Utara, Jembatan Kalahien di Kabupaten Barito Selatan, Jembatan Merdeka di Murung Raya, Jembatan Kahayan di Palangkaraya, Jembatan Kapuas di Kabupaten Kapuas, Jembatan Katingan di Kabupaten Katingan, dan Jembatan Bajarum di Kabupaten Kotawaringin Timur. Semuanya rawan mengalami kerusakan.
Selain usia yang tergolong tua, karena rata-rata dibangun pada tahun 1990, sejak awal pemerintah tidak memperkirakan sungai di Kalimantan Tengah akan dilewati kapal atau tongkang ukuran besar. Karena itu, evaluasi terhadap kekuatan fondasi jembatan harus dilakukan. “Kalaupun tertabrak kapal atau tongkang, pilar penyangga jembatan tidak ikut rusak,” ujar Leonard.
KARANA WW