TEMPO.CO , Washington: Presiden Amerika Serikat Barack Obama memberikan pidato berapi-api di depan senator Demokrat saat bertemu di Gedung Putih, Rabu 15 Januari 2014 malam waktu setempat. Obama meyakinkan kolega Demokratnya bahwa sanksi baru dapat merusak negosiasi dengan Iran soal program nuklirnya.
"Mereka membahas Iran dan Presiden membuat kasus mengapa undang-undang sanksi baru untuk Iran saat ini akan merugikan kita," kata seorang pejabat senior pemerintah Obama kepada wartawan senior CNN di Gedung Putih, Jim Acosta.
Seorang senator yang mengikuti pertemuan di Gedung Putih Rabu malam itu menyebutnya sebagai "salah satu argumen yang paling kuat" tentang masalah Iran yang pernah ia dengar dari Obama.
Pernyataan Obama dalam acara yang tertutup itu terjadi setelah ada kesepakatan nuklir interim dengan Iran. Perjanjian itu secara formal akan resmi berlaku Senin 20 Januari 2014. Dengan kesepakatan itu, Iran harus membongkar atau membekukan beberapa program nuklirnya dan membukanya untuk inspeksi lebih luas dari dunia internasional. Sebagai imbalannya, akan ada pencabutan terbatas atas sanksi internasional yang selama ini telah melumpuhkan ekonomi negara republik Islam itu.
Dengan asumsi semuanya berjalan sesuai rencana, negosiasi lebih lanjut antara Iran dan Amerika Serikat, Perancis, Rusia, Cina , Inggris, dan Jerman akan membahas kesepakatan yang lebih luas yang dimaksudkan untuk mencegah Tehran mengembangkan senjata nuklir.
Sementara itu, anggota pro-Israel di dalam Kongres AS sedang mencari cara agar ada sanksi tambahan terhadap Iran yang itu akan berlaku jika perundingan nuklir itu gagal. Obama tak setuju dengan inisiatif untuk menambah sanksi baru karena itu mungkin akan mengacaukan negosiasi menyeluruh soal nuklir Iran yang masih tertunda.
CNN | Abdul Manan