TEMPO.CO, Berlin - Amerika Serikat Presiden Barack Obama mengatakan kepada publik Jerman dan pemimpinnya, Sabtu 18 Januari 2014, bahwa ia tidak akan membiarkan urusan intelijen akan merusak hubungan kedua negara. Perbedaan pendapat antara kedua negara tidak bisa menjadi ada alasan untuk melakukan penyadapan .
"Saya harus dan tidak boleh merusak hubungan ini melalui upaya pengawasan yang menghambat komunikasi saling percaya antara kita, " kata Obama kepada TV publik ZDF. "Selama saya menjadi Presiden Amerika Serikat, Kanselir Jerman tidak perlu khawatir tentang itu."
Wawancara itu dilakukan sehari setelah Obama mengumumkan rencana reformasi terhadap badan intelijennya, National Security Agency (NSA), yang salah satunya adalah melarang aksi penyadapan terhadap para pemimpin dari negara sekutu dekat. Reformasi NSA ini dipicu oleh pengungkapan soal program-program rahasia NSA, yang diungkapkan oleh eks analis lembaga itu, Edward Snowden. Snowden kini di Rusia setelah mendapatkan suaka semengtara di sana.
Komentar Obama pada hari Sabtu itu memberi indikasi jelas bahwa Jerman termasuk dalam daftar sekutu dekat Amerika Serikat.
Angela Merkel, menurut Obama, "mungkin tidak selalu memiliki pendapat yang sama tentang isu-isu kebijakan luar negeri, tapi itu bukan alasan untuk melakukan penyadapan," kata Obama.
Pemimpin Jerman menuduh Amerika Serikat merusak kepercayaan dalam hubungan dua negara setelah tersiar kabar bahwa Amerika Serikat menyadap telpon seluler Angela Merkel. Sejak itu, Berlin telah mengusahakan ada kesepakatan "Tidak boleh saling menyadap" dengan Washington.
Obama tak menyatakan minta maaf dalam wawancara Sabtu itu. Ia membela pentingnya pekerjaan intelijen AS untuk keamanan internasional. Kemampuan badan intelijen AS yang melebih kemampuan banyak negara lain, kata Obama, itu berarti "menjadi tanggung jawab khusus bagi Amerika Serikat."
"Mengapa kita membutuhkan jasa badan intelijen jika mereka hanya tahu hal yang dapat Anda baca di Spiegel (majalah Jerman) atau New York Times," kata Obama.
"Secara definisi, dinas intelijen tersebut bertugas mencari tahu apa yang orang rencnakan, apa yang ada dalam pikiran mereka , apa tujuan mereka. Itu mendukung tujuan-tujuan diplomatik dan politik kita."
Reuters | Abdul Manan