TEMPO.CO, Jakarta - Merek asing harus mencatat bahwa perkembangan tren konsumen di Indonesia meningkat. Konsultan McKinsey merilis data bahwa kelas konsumsi di negara berkembang akan mendorong pertumbuhan e-commerce dan produk kategori.
Dalam surveinya yang kedua yang dipublikasi 20 Januari 2014, McKinsey melibatkan lebih dari 5.500 konsumen dari 44 kota dan daerah pedesaan. McKinsey mengidentifikasi bahwa sebanyak 70 juta orang Indonesia sebagai kelas konsumsi yang optimistis tentang masa depan serta semakin canggih dalam mengelola pengeluaran mereka.
Hasil survei mereka menemukan tren konsumsi di Indonesia di antaranya per tahun ada penambahan warga kelas konsumen di Indonesia atau setara dengan jumlah penduduk Singapura. Sebanyak 10 persen konsumen itu terkoneksi dengan dunia digital dan melakukan belanja secara online.
Dari 70 juta orang masyarakat kelas konsumen di Indonesia, sebanyak 55 juta di antaranya tinggal di perkotaan dan 15 juta tinggal di pedesaan. Dengan asumsi nilai belanja naik 7,7 persen per tahun, maka nilai belanja konsumen di Indonesia diperkirakan akan mencapai US$ 1,1 triliun pada 2030.
Menurut McKinsey, sebanyak 15 juta warga desa telah mengadopsi sikap penduduk kota. Untuk itu McKinsey menyarankan agar para agen merek tidak mengabaikan mereka.
Pertumbuhan eksponensial penduduk muda perkotaan merupakan faktor kunci lain bagi merek yang ingin memperluas pasar mereka di negara berkembang. Setelah tumbuh sebesar 138 juta orang selama 13 tahun terakhir, jumlah penduduk perkotaan di Indonesia diperkirakan akan mencapai 209 juta pada 2030.
Beberapa fakta tentang Indonesia saat ini adalah merupakan negara terbesar ke-16 di dunia. Indonesia juga merupakan 33 persen dari produk domestik bruto ASEAN. Sebesar 53 persen dari penduduk di perkotaan menyumbang 74 persen PDB nasional. Serta 10 besar kota di Indonesia menyumbang 55 persen PDB nasional. Sebanyak 29 juta akun Twitter di Jakarta juga merupakan akun Twitter yang teraktif di dunia.
McKinsey memperkirakan sektor retail akan menjadi lebih terfragmentasi. Meskipun terdapat indikasi bahwa retail modern modern diadopsi, laporan tersebut memperingatkan bahwa masyarakat Indonesia harus tetap waspada terhadap jual beli online. Mereka, kata laporan tersebut, masih khawatir terhadap keselamatan dan kualitas barang.
Kunci lain yang harus dipertimbangkan oleh merek-merek internasional adalah kebanggaan dan kepercayaan konsumen Indonesia terhadap perusahaan lokal. Survei menunjukkan bahwa merek Indonesia lebih dipercaya daripada merek asing. Meski begitu, merek asing masih memiliki kesempatan untuk mendapatkan keuntungan dengan mengakuisisi perusahaan lokal. Menurut laporan itu, dengan mengadopsi identitas lokal, merek asing diprediksi akan lebih kuat.
FAIZ NASHRILLAH
Terpopuler :
Cuaca Ekstrem, Stok Premium Aman Cuma 17 Hari
Menteri Chatib Janji Dana Bencana Gampang Cair
Cara BPK Lacak Permainan Dana Bansos
Ekspor Dilarang, Investasi Smelter Capai Rp 150 Triliun
Freeport Minta Pemerintah Jelaskan Bea Keluar