TEMPO.CO, Jakarta - Saham perusahaan BlackBerry mengalami kenaikan sekitar 9 persen pada penutupan Selasa waktu setempat menjadi sekitar $ 9,93 per lembar. Ini terjadi setelah tersiar kabar perusahaan asal Kanada ini mendapat pesanan gadget sekitar 80 ribu unit dari Kementerian Pertahanan Amerika Serikat.
Sejak tiga tahun terakhir, BlackBerry mengalami kesulitan menjual ponsel dan tabletnya untuk kalangan konsumen umum. Ini membuat manajemen baru memutuskan untuk berkonsentrasi membuat gadget bagi korporat dan institusi pemerintah di seluruh dunia.
John Chen, chief executive officer baru BlackBerry, lalu memutuskan untuk menjadikan Indonesia sebagai basis utama pembuatan gadget dengan menggandeng Foxconn sebagai manufaktur pembuat gadget-nya. Sebelumnya, BlackBerry membuat sendiri gadget produksinya, yang membuat biaya operasi melonjak.
BlackBerry mencoba meyakinkan pasar bahwa produk dan piranti lunak QNX rancangan perusahaan sangat aman dari aksi penyadapan. Menurut manajemen, ini berbeda dengan layanan Knox dari Samsung, yang juga mencoba memasuki pasar enterprise ini.
Dengan Knox, Samsung berusaha menyediakan layanan bisnis dan privat dalam satu ponsel, tapi tetap terpisah secara aman. Menurut manajemen BlackBerry, fitur Knox ini memiliki kelemahan yang masih harus diperbaiki.
Selain kedua perusahaan ini, Apple dengan iPhone juga mencoba menawarkan layanan bagi pelanggan korporat dengan menyediakan sejumlah kustomisasi. Salah satunya, admin perusahaan bisa mengatur akses Internet dari ponsel iPhone yang dipakai karyawan untuk menghindari kebocoran data perusahaan.
TECHCRUNCH | BUDI RIZA