TEMPO.CO , Jakarta - Sekretaris Jenderal Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia, Ngadiran menilai Kementerian Perdagangan gagal mengontrol harga eceran berbagai komoditas di pasar. "Terutama di jaman Pak Gita yang baru mundur ini, harga bawang putih, kedelai, naiknya tinggi," ujarnya, Sabtu 1 Februari 2014. (Baca: Gita Wirjawan Mundur Demi Menang Konvensi Demokrat).
Ngadiran mengakui, beberapa komoditas yang disebutnya tersebut merupakan komoditas yang sebagian besar kebutuhannya diperoleh melalui impor. "Tapi lonjakan harga yang tidak wajar itu tanda ada regulasi yang tidak beres," katanya.
Adanya lonjakan harga, menurut Ngadiran tak selalu mendatangkan keuntungan bagi pedagang. Sebab sering kali harga tinggi membuat konsumen tak bisa lagi membeli, omzet pedagang pun turun. Bahkan jika terlalu tinggi, pedagang bisa jadi rugi karena tak bisa memasok barang baru untuk dijual.
Menurut Ngadiran, dengan adanya Bulog yang memiliki stok beras pun harga tidak bisa sepenuhnya terkontrol. Saat musim hujan dan beberapa daerah terlanda banjir, misalnya, harga beras naik, baru setelah itu Bulog turun untuk melakukan operasi pasar. "Artinya masyarakat tetap harus merasakan harga naik dulu."
Dia kemudian bercerita pengalamannya tentang pengamanan pasokan beras pada era 1980-an. "Pada saat itu ada polisi bidang ekonomi yang mengawasi beras dari sisi harga maupun pasokan," tuturnya.
Saat itu, harga beras ditetapkan oleh Bulog. Bila sampai polisi ekonomi menemukan ada pedagang curang yang menaikkan harga di atas nilai yang dipatok maka pedagang tersebut tidak akan lagi mendapat beras yang dipasok Bulog.
Ngadiran memgakui bahwa sistem kontrol seperti itu tak sepenuhnya bisa dibenarkan. Sebab yang mengubahnya kemudian adalah International Monetary Fund (IMF). "Tapi minimal waktu itu harga terkontrol, masyarakat senang, pedagang pun tenang," ujarnya.
PINGIT ARIA
Berita Lain:
Penjualan Tablet Melonjak
Semua Boleh Pakai Foto Gus Dur, Kecuali Partai Ini
Llorente Antusias Sambut Kedatangan Osvaldo
Murry Wafat Koes Plus Tersisa Yon dan Yok Koeswoyo
Jokowi 'Corat-coret' Direksi PT Transjakarta