TEMPO.CO, Kediri - Sebuah foto kubah lava Gunung Kelud yang meleleh sempat menghebohkan penduduk Blitar, Kediri, dan sekitarnya. Mereka bersiap mengungsi sambil membawa perbekalan sebelum akhirnya ditenangkan perangkat desa setempat.
Raisah, 40 tahun, penduduk Desa Sugihwaras, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri, menuturkan kabar itu diperoleh pada Ahad, 2 Februari 2014, saat petugas Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengumumkan kenaikan status dari aktif normal menjadi waspada.
"Semua orang langsung mengumpulkan nasi untuk dibawa mengungsi," kata pemilik warung ayam bakar tersebut, Selasa, 4 Februari 2014.
Selain mengumpulkan perbekalan, mereka juga menyiapkan kendaraan, seperti truk dan mobil. Demikian pula sepeda motor mereka disiapkan mengarah ke bawah menjauhi puncak Kelud. Kepanikan tersebut terus memuncak saat para petugas Dinas Pariwisata yang mengelola Gunung Kelud memacu kendaraan melintasi desa.
Menurut Raisah, para penduduk semakin resah setelah sejak kemarin beredar foto kubah lava Kelud tengah meleleh. Kubah tersebut tampak berpijar dan melelehkan lava panas. "Semalam saya tak bisa tidur mikir foto itu," ujarnya.
Beruntung kepanikan itu tak berkepanjangan. Petugas PVMBG melalui perangkat desa mengumumkan status Kelud yang masih waspada. Jadi, masyarakat tetap boleh beraktivitas di luar radius 2 kilometer dari puncak.
Kepala Pos Pemantauan Gunung Kelud di Desa Sugihwaras, Kecamatan Ngancar, Kediri, Khoirul Huda memastikan foto yang beredar tersebut bukan kondisi Kelud saat ini. Foto tersebut adalah hasil jepretan petugas saat terjadi letusan 2007 silam. "Itu foto lama yang sengaja diedarkan," kata Khoirul.
Dia meminta para pihak agar tidak iseng melemparkan provokasi, baik berupa kabar maupun gambar yang bisa menimbulkan kepanikan. Hingga saat ini, status Kelud masih waspada.
Masih menurut Khoirul, kondisi puncak saat ini tetap mengeluarkan gas-gas berat. Di antaranya adalah belerang dan karbondioksida. Gas tersebut sangat berbahaya jika dihirup oleh manusia. Karena itu, dia meminta masyarakat tetap mematuhi zona bahaya yang sudah ditetapkan.
HARI TRI WASONO