TEMPO.CO, Surabaya - Badan Pusat Statistik Jawa Timur mencatat jumlah petani di Provinsi Jawa Timur terus menyusut. BPS mensinyalir banyak petani yang beralih ke bidang non-pertanian.
Dalam sensus pertanian 2013, jumlah petani Jawa Timur tercatat menurun menjadi 4,9 juta dari enam juta pada 2012. "Banyak yang lari ke non-farm. Mereka bergerak di industri mikro dan kecil," kata Kepala BPS Jawa Timur Sairi Hazbullah dalam pemaparan kinerja ekonomi 2013 di kantornya, Selasa, 4 Februari 2014.
Pertumbuhan industri mikro dan kecil di Jawa Timur menggeliat hebat sepanjang 2013. BPS mencatat industri manufaktur mikro dan kecil naik 8,98 persen dibanding 2012.
Bahkan pertumbuhan industri mikro dan kecil lebih tinggi dari industri besar dan menengah yang hanya tumbuh 5,58 persen. "Ini sesuatu yang positif sekali," kata Sairi.
Selain itu, dukungan suplai modal, aksesbilitas kredit, dan bertambahnya populasi penduduk juga berpengaruh terhadap tumbuhnya industri kecil dan menengah.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Timur Budi Setyawan mengakui banyak petani yang beralih ke usaha industri mikro dan kecil. "Para petani memang kami dorong untuk menjalankan usaha agrobisnis," kata Budi kepada Tempo.
Menurutnya, 80 persen hasil pertanian dijual tanpa diolah. Karena itu, pemerintah sedang menggerakkan usaha agrobisnis untuk memberi nilai tambah, khususnya kepada para petani. Mereka diharapkan mampu menjual hasil pertanian yang sudah memiliki nilai tambah. "Misalnya pisang, dijual dalam bentuk kripik," kata Budi.
Dinas Perindustrian dan Perdagangan akan memberi dukungan berupa kemudahan, mulai dari pengolahan, pengemasan, pembuatan barcode, hingga pemasaran. Dukungan ini sekaligus untuk mempersiapkan sektor industri guna menghadapi Asean Economy Community 2015.
AGITA SUKMA LISTYANTI