TEMPO.CO, Garut - Puluhan ibu rumah turun ke jalan memprotes langkanya elpiji 3 kilogram di depan kantor Bupati dan Sekretariat Daerah Garut, Jawa Barat, Senin, 10 Februari 2014. "Kami minta pemerintah turun tangan menyelesaikan masalah gas ini," kata Omas, 55 tahun, warga Kampung Cilengkrang, Desa/Kecamatan Cibiuk, Garut.
Menurut dia, kelangkaan gas ini sudah terjadi selama satu bulan terakhir di hampir seluruh wilayah Garut. Hampir semua pedagang dan agen gas tidak memiliki persediaan. Jika pun ada, harganya mencapai Rp 28 ribu, padahal biasanya hanya Rp 15 ribu per tabung.
Akibatnya, banyak di antara mereka yang beralih menggunakan kayu bakar atau kembali menggunakan minyak tanah untuk memenuhi kebutuhan memasak sehari-harinya. "Jangan paksa kami untuk merusak hutan lagi demi kebutuhan perut," kata Nining, 29 tahun, warga Kampung Ciracas, Desa Panembong, Kecamatan Bayongbong, yang berada di kaki Gunung Cikurai.
Dia menilai langkanya gas tersebut diakibatkan pemerintah yang tidak becus dalam mengatur distribusi ke masyarakat. Selain itu, kondisi ini juga diduga karena adanya penimbunan oleh sejumlah pihak. “Kami minta polisi untuk mengungkap dan menangkap penimbunan gas ini,” ujar Nining. (Lihat juga: Agen di Bogor Kebanjiran Pesanan Gas 3 Kilogram)
Bupati Garut Rudy Gunawan menyatakan kelangkaan elpiji di wilayahnya karena kekurangan pasokan. Menurut dia, selama satu tahun, Garut kekurangan 10 juta tabung elpigi ukuran 3 kilogram. “Kami akan mengajukan penambahan 5 juta tabung gas ukuran 3 kilogram kepada Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral,” ujarnya.
Menurut dia, selama ini Garut hanya bisa mendapat 16 juta tabung elpiji ukuran 3 kilogram per tahun. Jumlah itu digunakan oleh 600 rumah tangga. Setiap rumah tangga membutuhkan tiga tabung elpiji dalam satu bulan. Sedangkan usaha kecil menengah membutuhkan 26 juta tabung elpiji per bulan. (Berita terkait: Gas Elpiji Mulai Langka di Jakarta)
Penyebab lain kelangkaan elpiji ukuran 3 kilogram ini adalah naiknya harga gas ukuran 12 kilogram. Sebagian warga kalangan menengah yang biasa menggunakan gas tabung biru tersebut pun beralih menggunakan elpiji 3 kilogram. “Saya akan ke Jakarta besok untuk meminta tambahan kuota gas kepada Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Selama ini penyebab utama kelangkaan memang kurangnya kuota,” ujar Rudy.
SIGIT ZULMUNIR