TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif Departemen Statistik Bank Indonesia, Hendy Sulistiowaty, memperkirakan puncak inflasi 2014 akan terjadi pada bulan Juli. Perkiraan itu didasarkan pada tren lima tahun belakangan ini atau selama periode 2009-2013.
"Dari rata-rata lima tahun dari 2009 sampai 2013 itu paling tinggi bulan Juli dengan inflasi rata-rata 1,34 persen," kata Hendy, Selasa, 11 Februari 2014. Ia mencontohkan, inflasi bulan Juli lalu sebesar 3,29 persen atau jauh di atas rata-rata. "Kebetulan hampir bersamaan dengan kenaikan harga BBM yang naik.”
Tak berbeda jauh dengan tahun lalu, kata Hendy, bank sentral memperkirakan inflasi di bulan Juli tahun ini akan lebih tinggi dibanding bulan-bulan sebelumnya. Pasalnya, bulan Juli bertepatan dengan momen Idul Fitri dan pemilihan presiden. "Kalau ada bulan pemilu pasti naik ketimbang biasa-biasanya. Jadi kalau ada kejadian besar yang lain seperti Idul Fitri, otomatis tekanan akan bertambah," tuturnya.
Ekonom dari Universitas Indonesia, Lana Soelistianingsih, memperkirakan inflasi sepanjang 2014 bakal terjaga di kisaran 5-6 persen asalkan pemerintah memprioritaskan ketersediaan pasokan bahan pangan. “Pemerintah tidak perlu menahan laju impor untuk menghadapi situasi bencana dan gangguan cuaca di Indonesia,” ujarnya ketika dihubungi beberapa waktu lalu.
Hal ini sebetulnya terbukti ketika banjir yang parah di awal tahun ini ternyata tak diiringi oleh lonjakan inflasi yang melebihi perkiraan sebelumnya. “Langkah impor dapat membuat harga tetap stabil,” tutur Lana. Sejumlah komoditas yang harus tetap dibuka keran impornya antara lain beras, kedelai, jagung, bawang, cabai, dan daging.
ANANDA PUTRI
Berita terpopuler:
Jokowi Diminta Audit Busway 'Baru tapi Bekas'
Kantor Importir Bus Transjakarta tanpa Aktivitas
Penyerang Pos Polisi Diduga Anggota TNI
Importir Busway Bantah Armada Rekondisi