TEMPO.CO, Surabaya - Direktur Keuangan dan Sumber Daya Manusia Perusahaan Daerah Taman Satwa (PDTS) Kebun Binatang Surabaya (KBS) Fuad Hasan mengatakan pihaknya berharap ada tarif khusus yang ditawarkan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Pasalnya, bila PDAM memberikan tarif normal, kata Fuad, dana yang dikeluarkan KBS belum sebanding dengan laba yang diterima.
"Kami sih ingin paling tidak harganya di bawah Rp 2.000 per meter kubik," kata Fuad kepada wartawan di KBS, Selasa, 11 Februari 2014.
Meski demikian, kata Fuad, PDAM harus berkoordinasi dengan Wali Kota Tri Rismaharini terlebih dahulu mengenai tarif khusus tersebut. Sebab, bila tidak, akan timbul permasalahan baru yang menyangkut ke ranah hukum, seperti dugaan korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Di sisi lain, Fuad berharap PDAM berkenan pengaliran air untuk satwa tersebut merupakan program corporate social responsibility-nya (CSR). Hal ini tentunya akan meringankan beban KBS untuk mensejahterakan satwanya.
Ada tiga jenis air yang dimanfaatkan sebagai minuman satwa. Di antaranya air PDAM, air sungai, dan air sumur. Dalam satu bulan, kebutuhan masing-masing, yaikni air PDAM sebanyak 8.494,6 meter kubik, air sungai sebanyak 21.141 meter kubik, dan air sumur sebanyak 465 meter kubik.
Dari data tersebut, air Sungai Brantas menjadi sumber utama minuman satwa. Akibatnya, banyak satwa yang terjangkit berbagai penyakit mematikan, seperti kanker dan tumor. Sebab, kandungan air sungai tersebut sangat berbahaya dan langsung dikonsumsi satwa tanpa melalui proses penyaringan apa pun.
Sebelumnya, Wali Kota Risma berjanji akan kembali memulai pemasangan air PDAM untuk minuman satwa pada pekan ini. "Saya usahakan minggu ini," kata dia.
DEWI SUCI RAHAYU
Baca juga:
Jokowi Datang, Pemakaman Bubar
Airin Diperiksa KPK Terkait Kasus Alkes Banten
Prabowo Mantap Pilih Hatta
KRI Usman Harun, Tak Ada Niat RI Buka Luka Lama