TEMPO.CO, Mataram - Hasil pemantauan tiga gunung berapi di Nusa Tenggara Barat (NTB), Sangeang Api di Kabupaten Bima dinyatakan status waspada. Sedangkan Tambora di Kabupaten Dompu dan Kabupaten Bima dinyatakan aktif normal. Demikian pula Rinjani di Lombok dalam keadaan aktif normal.
Penjelasan kondisi tiga gunung api tersebut disampaikan oleh Kepala Dinas Pertambangan dan Energi NTB M Husni setelah melaporkan pemantauannya kepada Gubernur NTB Muhammad Zainul Majdi. Husni diminta memantau aktivitasnya setelah terjadinya letusan gunung Sinabung di SumatraUtara dan gunung Kelud di Kediri Jawa Timur. "Perkembangan keadaan ini perlu disosialisasikan kepada masyarakat," kata Husni, melalui keterangan pers yang dib erikan kepada Tempo, Ahad 16 Februari 2014.
Gunung Sangiang yang berada di Pulau Sangiang sekitar 60 kilometer utara kota Bima. Memiliki ketinggian 1.842,05 meter. Luas pulaunya 215 kilometer persegi. Lokasinya ditempuh menggunakan perahu motor selama 1,5 jam dari daratan Wera. Semula diperkirakan ketinggiannya 4.000 meter di atas permukaan laut. Letusan terjadi mulai 1953, 1964, 1985, 1987, dan 1998.Baca Juga:
Sementara Gunung Tambora letusannya mulai tercatat 1812-1813. Pada tahun 1815 tercatat sebagai letusan terdahsyat di dunia. Berlangsung selama tiga hari, 10-12 April 1815, mengakibatkan Surabaya dan Madura gelap gulita selama tiga hari.
Sewaktu meletusnya gunung Tambora 10 April 1815, menewaskan penduduk setempat diantara 10.000 jiwa penduduk Kerajaan Tambora atau 117.000 jiwa penduduk tiga kerajaan di sekitarnya. Lainnya adalah Kerajaan Pekat dan Kerajaan Sanggar. Akibat lainnya adalah hilangnya musim semi di Eropah dan hilangnya kota Tambora disebut sebagai Pompeii of the East. Pompeii dikubur sedalam 23 meter akibat letusan gunung Vesuvius di Italia. Letusan gunung api Tambora yang diperkirakan sebelum meletus tingginya 4.200 meter atau lebih tinggi dari gunung Rinjani di Lombok.Gunung Rinjani, terakhir dikabarkan oleh para ahli kegunungapian, Rinjani tua diperkirakan semula memiliki ketinggian 5.000 meter. Letaknya di sebelah barat Rinjani yang sekarang. Akibat letusan besar dan kuat (paroximal eruption) diikuti runtuhnya tubuh gunung (collapse) telah mengakibatkan lebih dari sebagian tubuhnya hilang dan sisanya berupa kaldera Segara Anak yang diikuti degan pembentukan gunung api baru: Gunung Barujari dan Gunung Rombongan.
Berdasarkan sejarah erupsinya, Perekayasa Utama Fungsional Museum Geologi Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral Heryadi Rachmat, gunung api Rinjani, gunungapi Barujari dan gunung api Rombongan sebelum abad ke-19 tidak tercatat sejarah letusannya. Sehingga tidak diketahui sejauh mana gunung api ini pernah menimbulkan korban. "Baik berupa korban jiwa maupun kerugian harta benda," ujarnya.
Kegiatan gunung api Rinjani mulai ditulis oleh Zollinger (1846) yang mengatakan bahwa pada waktu itu keadaan gunung dalam stadia fumarola. Selanjutnya letusan yang terjadi hanya berlangsung di Segara Anak.(gunung api Baru jari dan Rombongan)
Dari catatan sejarah letusannya, gunung api ini telah meletus sebanyak sembilan kali di antaranya adalah letusan 1884, 1901, 1906, 1909, 1915, 1944, 1966, 1988 dan terakhir 1994 yang menghasilkan beberapa kawah, kubah lava, endapan piroklastik, lahar disertai munculnya bukit kecil. Yang merupakan hasil letusan kawah samping terletak di sebelah barat 1.175 meter dari puncak gunung api Barujari. Di samping itu hembusan solfatara dan fumarola sekeliling dasar dan lereng kawah/kubah gunung api Barujari terlihat aktif mengeluarkan asap putih-tipis sampai tebal dengan suhu berkisar antara 45-110 C.
SUPRIYANTHO KHAFID