TEMPO.CO, Semarang - Meski sempat ditolak sejumlah elemen masyarakat, acara bedah buku karya Harry Poeze berjudul Tan Malaka, Gerakan Kiri dan Revolusi Indonesia akhirnya bisa terlaksana dengan aman di Semarang, Senin malam, 17 Februari 2014. Penolakan dari elemen masyarakat justru memantik sekitar 500 orang untuk hadir di lokasi bedah buku di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro, Semarang.
Bedah buku pun dihadiri beberapa pejabat, seperti Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Jawa Tengah Bambang Sadono, dan Rektor Universitas Diponegoro Sudharto P. Hadi. (Baca juga: Sempat Ditolak, Diskusi Buku Tan Malaka Aman)
Sebelum mulai bercerita ihwal penelitiannya, Harry Poeze meminta maaf kepada peserta diskusi karena terlambat datang. Keterlambatan itu, kata Harry, karena perjalanannya dari Purwokerto ke Semarang tidak bisa lancar. “Ada macet dan banyak jalan rusak,” kata Harry.
Harry pun menyindir Ganjar Pranowo agar bisa memperbaiki jalan yang rusak. “Pak Gubernur bisa memperbaiki jalan?” kata Harry yang disambut galak tawa para hadirian.
Ganjar yang duduk lesehan di tengah-tengah peserta diskusi langsung berdiri. Dengan tertawa, politikus PDIP itu menjawab sindiran Harry. “Kalau Pak Harry mau naik kereta api yang tadi saya resmikan, tak akan terkena macet,” kata Ganjar yang juga disambut galak tawa dan tepuk tangan.
Memang bukan karena kebetulan Ganjar mengungkapkan itu. Sebab, pada Senin pagi sebelum ikut diskusi, secara resmi, Ganjar meluncurkan kereta api kelas ekonomi AC bernama Kamandaka jurusan Purwokerto-Tegal-Semarang.
Sebelumnya, acara bedah buku yang digagas oleh Komunitas Hysteria dan Komunitas Pegiat Sejarah dengan didukung Aliansi Jurnalis Independen Semarang ini akan digelar di Sekretariat Komunitas Hysteria, Jalan Stonen 29, Kelurahan Bendan Ngisor, Kecamatan Gajah Mungkur, Kota Semarang. Namun atas pertimbangan keamanan, acara dipindah ke Universitas Diponegoro. (Baca juga: Ditentang, Panitia Diskusi Tan Malaka Kebingungan)
Siang hari sebelum acara, sekelompok warga yang menamakan Masyarakat Peduli Nasib Bangsa berunjuk rasa di depan Sekretariat Hysteria menolak dilaksanakan acara bedah buku itu. Tanpa alasan yang jelas, masyarakat di sekitar Sekretariat Hysteria juga melakukan penolakan secara tertulis. Sebelumnya, Pemuda Pancasila Semarang dan Front Pembela Islam Jawa Tengah juga berencana menolak acara. Namun hal itu batal dilakukan. (Baca juga: Markas Panitia Diskusi Tan Malaka Digeruduk Massa)
ROFIUDDIN
Berita lain:
Panitia Diskusi Tan Malaka Ajak Pendemo Diskusi
Ditentang, Panitia Diskusi Tan Malaka Kebingungan
Pemuda Pancasila Akui Tan Malaka Pahlawan
Panitia Diskusi Buku Tan Malaka Ajak PP Berembuk
Alasan Pemuda Pancasila Ancam Diskusi Tan Malaka