TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat politik dari Universitas Airlangga, Hariadi, menilai Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengalami perubahan yang cukup drastis. "Risma berubah dari pemimpin teknokrat jadi aktor politik," kata dia saat dihubungi Tempo, Sabtu, 22 Februari 2014.
Hariadi beralasan, pada masa awal Risma mengabdi di pemerintah kota, saat menjabat Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan sampai Kepala Badan Perencanaan Pembangunan hingga awal-awal menjabat Wali Kota Surabaya, dia tampak mementingkan pekerjaannya. Selama itu, meski ada masalah Risma jarang mengeluh di depan media dan masyarakat. "Dia dikenal pejabat yang bekerja dengan diam," kata Hariadi.
Namun keadaan berubah ketika Risma mengaku tertekan oleh keadaan politik, salah satunya dari partai pengusungnya, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Partai berlambang kepala banteng itu memilih Wisnu Sakti Buana sebagai Wakil Wali Kota Surabaya, menggantikan Bambang D.H. yang mengundurkan diri.
Selanjutnya, muncul isu kuat Risma bakal mundur dari jabatannya. Risma pun wara-wiri tampil di pemberitaan. Dia seakan curhat atas tekanan yang dia alami. Ketika Risma menemui Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Priyo Budi Santoso, Hariadi menilai itu sebagai langkah politik. "Sekarang tampak Risma berpolitik, tapi sayang dia tak sehati-hati Joko Widodo," katanya. (Simak edisi khusus #SaveRisma)
INDRA WIJAYA
Terkait:
4 Kali Mau Mundur, Risma Dinilai Tak Pede Jadi Pemimpin
Wali Kota Risma dan Catatan Malaikat
PDIP Tuding Priyo Politisasi Kasus Risma
Risma Terpilih sebagai Wali Kota Terbaik Dunia