Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Awal 2014, Ekspor CPO Turun 22 Persen

image-gnews
TEMPO/ Nickmatulhuda
TEMPO/ Nickmatulhuda
Iklan

TEMPO.CO , Jakarta:- Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mencatat, sepanjang Januari 2014, ekspor minyak sawit mentah (crude palm oil / CPO) dan turunannya hanya 1,57 juta ton. Jumlah tersebut turun sebesar 454,6 ribu ton atau 22,5 persen dibandingkan dengan Desember 2013 yang mencapai 2,02 juta ton.

"Penurunan ekspor CPO kita dipengaruhi melimpahnya stok minyak nabati dunia," kata Direktur Eksekutif Gapki, Fadhil Hasan saat dihubungi, Ahad 23 Februari 2014.

Fadhil menjelaskan, pada Januari lalu, stok CPO Indonesia dan Malaysia masih melimpah akibat produksi meningkat pada akhir tahun lalu. Hujan yang mengguyur belakangan ini telah mengakhiri masa kering di Brazil dan Paraguay. Hal ini sangat menguntungkan kedua negara tersebut sehingga panen kedelai tercatat meningkat sesuai harapan. Menurut laporan Organisasi Pangan Dunia (FAO), stock rapeseed di Kanada juga melimpah karena ekspor yang melambat diikuti oleh stock biji bunga matahari di region Laut Hitam yang juga tercatat melimpah.

Melimpahnya stok minyak nabati dunia itu mempengarui jumlah permintaan dari negara-negara importir sawit utamma. Akibatnya, pesanan untuk CPO Indonesia pun ikut berkurang. "Hampir semua turun, kecuali Amerika Serikat," kata Fadhil.

Ia mencatat, ekspor ke India tercatat turun tajam hingga mencapai 54 persen dari 568.3 ribu ton Desember 2013 menjadi 261.4 ribu ton dan penurunan ini terjadi pada produk turunan CPO. Turunnya ekspor ke India karena pemerintah India telah menerapkan kenaikan pajak impor refined oil dari 7,5 persen menjadi 10 persen. Hal ini dilakukan untuk melindungi industri refinery di dalam negeri yang saat ini terpakai di bawah 40 persen dari total kapasitas terpasang yang ada.

Penurunan ekspor cukup signifikan juga terjadi ke negara Pakistan. Penurunan tercatat sekitar 41,6 persen dari 116,2 ribu ton Desember 2013 menjadi 67,9 ribu ton di Januari 2013. Penurunan juga diikuti negara Uni Eropa sebesar 17 persen dan Cina sebesar 2 persen. Penurunan ekspor juga dipengaruhi telah diberlakukan anti dumping duties oleh Uni Eropa terhadap biodiesel asal Indonesia and Argentina. Khusus untuk Indonesia sendiri, mandatori BBN telah memberikan peluang yang baik bagi industri biodiesel Indonesia yang berbasis CPO untuk mengalihkan pasar biodiesel ke pasar domestik.

Di saat beberapa negara tujuan utama ekspor CPO Indonesia mengurangi permintaannya, Amerika Serikat justru mencatat peningkatan permintaan akan CPO dan turunannya sebesar 6,7 ribu ton (22,5 persen) dari 29,9 ribu ton pada Desember 2013 menjadi 36.6 ribu ton di Januari 2014.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dari sisi harga, Fadhil menyatakan, "Fakta melimpahnya stok menimbulkan sentimen negatif yang menyebabkan harga minyak nabati dunia melemah dan tertekan."

Fadhil menyatakan, harga rata-rata CPO pada Januari 2014 turun sekitar 5 persen dari US$ 909.6 per metrik ton Desember lalu menjadi US$ 865 per metrik ton pada Januari. Harga CPO tidak terjerembab tajam dikarenakan adanya program mandatori bahan bakar nabati (B-10) pemerintah yang telah efektif berlaku sejak September tahun lalu sehingga penyerapan CPO sebagai bahan pencampur diesel meningkat.

Harga diharapkan akan membaik seiring dengan stock CPO Malaysia dan Indonesia yang akan mulai berkurang. Harga hingga pertengahan Februari tercatat bergerak dikisaran US$ 860-925 per metrik ton.

Sementara, Kementerian Perdagangan menetapkan Bea Keluar CPO pada Februari sebesar 10,5 persen. "Bea keluar itu dihitung dengan harga referensi rata-rata CPO US$ 880.42 dan Harga Patokan Ekspor US$ 809 per metrik ton," kata Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Bachrul Chairi.

PINGIT ARIA

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Profil Wilmar Group, Produsen Minyak Goreng Sania dan Fortune

16 Juni 2023

Ilustrasi Minyak Goreng. ANTARA FOTO/Fakhri Hermansyah/YU
Profil Wilmar Group, Produsen Minyak Goreng Sania dan Fortune

Wilmar Group, produsen minyak goreng merek Sania dan Fortune, terkenal di Indonesia. Ini profilnya.


7 Minyak Pengganti Minyak Goreng Sawit dan Malah Lebih Sehat

16 Januari 2022

Ilustrasi Minyak Goreng. bimcbali.com
7 Minyak Pengganti Minyak Goreng Sawit dan Malah Lebih Sehat

Melambungnya harga CPO atau sawit membuat harga minyak goreng mahal. Tak perlu khawatir Anda dapat mengganti dengan minyak lain yang lebih sehat.


Kemenperin Sebut Kebijakan Ini Membuat Industri Pengolahan Sawit Tumbuh

21 Oktober 2021

Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita, dalam diskusi online Ngobrol @Tempo
Kemenperin Sebut Kebijakan Ini Membuat Industri Pengolahan Sawit Tumbuh

Kemenperin juga menyiapkan kawasan industri sebagai lokus investasi baru/perluasan industri hilir kelapa sawit


Pengusaha Sawit Sulit Dapat Kredit dari Bank Eropa

20 Mei 2020

kelapa Sawit
Pengusaha Sawit Sulit Dapat Kredit dari Bank Eropa

Masifnya kampanye negatif sawit Indonesia membuat pengusaha sulit mendapatkan kredit dari bank Eropa.


Ekspor CPO Hanya Tumbuh 2,1 Persen selama Januari - Oktober 2019

24 Desember 2019

Harga Referensi CPO Naik pada Periode September 2019.
Ekspor CPO Hanya Tumbuh 2,1 Persen selama Januari - Oktober 2019

Volume ekspor produk minyak sawit Indonesia atau CPO tercatat naik tipis sebesar 2,1 persen


RI Gugat Uni Eropa di WTO, Lawan Diskriminasi Kelapa Sawit

15 Desember 2019

Kelapa Sawit
RI Gugat Uni Eropa di WTO, Lawan Diskriminasi Kelapa Sawit

RI menggugat Uni Eropa atas diskriminasi produk kelapa sawit.


Ekspor CPO dan Turunannya Bebas Pungutan Sampai Akhir Tahun

10 Oktober 2019

Harga Referensi CPO Naik pada Periode September 2019.
Ekspor CPO dan Turunannya Bebas Pungutan Sampai Akhir Tahun

Bea keluar nol rupiah untuk ekspor produk CPO dan turunannya itu mulai berlaku pada tanggal 1 Oktober sampai dengan 31 Desember 2019.


Genjot Produksi CPO, Sumsel Remajakan 23 Ribu Hektar Kebun Sawit

20 September 2019

Presiden Joko Widodo (kedua kanan) didampingi Menko Perekonomian Darmin Nasution (kanan), Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman (kedua kiri) dan Bupati Kabupaten Musi Banyuasin Dodi Reza Alex (kiri) berbincang di tengah perkebunan sawit usai launching penanaman perdana program peremajaan kebun kelapa sawit di Desa Panca Tunggal, Sungai Lilin, Kabupaten Musi banyuasin, Sumatera Selatan, 13 Oktober 2017. ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
Genjot Produksi CPO, Sumsel Remajakan 23 Ribu Hektar Kebun Sawit

Sumatera Selatan menargetkan bisa melakukan peremajaan atau replanting sekitar 23.014 Ha kebun sawit di berbagai kabupaten dan kota.


India Janji Beri Diskon Tarif Bea Masuk Sawit dari Indonesia

9 September 2019

Seorang pekerja menurunkan kelapa sawit dari sebuah truk di pabrik kelapa sawit di Salak Tinggi, di luar Kuala Lumpur, Malaysia, 4 Agustus 2014. [REUTERS / Samsul Said / File Foto]
India Janji Beri Diskon Tarif Bea Masuk Sawit dari Indonesia

Penurunan tarif bea masuk ini akan membuat harga produk olahan sawit Indonesia setara dengan Malaysia.


Temuan BPK: Perkebunan Kelapa Sawit Besar Banyak Bermasalah

23 Agustus 2019

Foto udara lahan perkebunan kelapa sawit milik salah satu perusahaan (kanan) dan kebakaran lahan gambut (kiri) Kumpeh Ulu, Muarojambi, Jambi, Selasa, 30 Juli 2019. ANTARA/Wahdi Septiawan
Temuan BPK: Perkebunan Kelapa Sawit Besar Banyak Bermasalah

BPK menyebut perusahaan yang bermasalah tersebut terdaftar di bursa efek dan termasuk "pemain besar" di industri kelapa sawit.