TEMPO.CO, Jakarta - Minimnya data ekonomi yang dirilis menjelang akhir bulan membuat pelaku pasar kembali mengoleksi dolar Amerika Serikat (AS). Di transaksi pasar uang hari ini, rupiah ditutup melemah 16 poin (0,14 persen) ke level 11.665 per dolar AS.
Analis dari PT Monex Investindo Futures, Albertus Christian, menyatakan rupiah sedikit goyah oleh aksi profit taking pelaku pasar. "Minimnya data-data ekonomi Amerika yang dirilis pekan ini membuat investor tidak ingin mengambil risiko dengan memegang portofolio rupiah."
Meski demikian, rebound yang dialami dolar terhadap rupiah dinilai hanya berlangsung temporer dan tidak mengubah tren jangka panjang rupiah. Pelaku pasar masih optimistis terhadap rupiah seiring dengan terus membaiknya fundamental ekonomi dalam negeri.
Pergerakan nilai tukar yang seiring dengan perbaikan fundamental inilah yang membedakan Indonesia dengan pasar berkembang lain, seperti Turki, Argentina, atau negara lain di Asia Tenggara.
Menurut Albertus, menyusutnya defisit transaksi berjalan serta inflasi yang sesuai dengan ekspektasi pasar memberikan sinyal perbaikan ekonomi dalam jangka panjang. "Diperkirakan, pada semester kedua nanti defisit transaksi berjalan bisa di bawah 2 persen dari produk domestik bruto."
Mata uang regional ditutup bervariasi hingga 17.20 WIB. Yen menguat 0,13 persen ke 102,38 per dolar AS, dolar Singapura melemah 0,13 persen ke 1,2645 per dolar AS, yuan melemah 0,42 persen ke 6,1234 per dolar AS, dan won menguat 0,16 persen ke 1.072,85 per dolar AS.
PDAT | M. AZHAR