TEMPO.CO, Jakarta - Deputi Bidang Sumber Daya Manusia dan Kebudayaan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional Nina Sardjunani mengatakan kasus anak bertubuh pendek akibat kurang gizi di Indonesia hingga kini masih tinggi. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar 2013 menunjukkan angka anak bertubuh pendek (stunting) ada 37 persen.
"Di beberapa daerah bahkan prevalensinya (seberapa sering suatu penyakit atau kondisi terjadi pada sekelompok orang) mencapai 50 persen," kata Nina di Kementerian Kesehatan, Selasa, 25 Februari 2014.
Menurut Nina, tingginya prevalensi anak pendek ini disebabkan buruknya asupan pangan yang diterima pada saat dalam kandungan dan setelah lahir. Anak yang kurang gizi biasanya lahir dengan berat badan di bawah 2,5 kilogram. (baca: Makin Bergizi, Makin Cerdas)
Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi mengakui kondisi gizi buruk ini masih ada, tapi jumlahnya setiap tahun terus menurun. Menurut Nafsiah, anak bertubuh pendek banyak ditemukan di wilayah Indonesia bagian timur, seperti Nusa Tenggara Timur dan Papua. Data Riskesdas menyatakan jumlahnya lebih dari 8 juta. (baca: Kenali Tiga Masalah Gizi Buruk pada Anak)
Menurut Nafsiah, saat ini pemerintah terus mengkampanyekan perbaikan pangan mulai dari masa kehamilan ibu. Selain itu, pemerintah juga menjalankan program khusus di sebelas provinsi yang terdiri atas 64 kabupaten dan 7 ribu desa. "Kami lakukan penanganan dan intervensi kesehatan secara lebih spesifik untuk daerah-daerah yang masih rendah angka kecukupan gizinya." (baca: Minum Susu Semasa Hamil Bikin Anak Tumbuh Tinggi)
Tak hanya anak bertubuh pendek, hasil Riset Kesehatan Dasar 2013 juga mencatat asupan gizi buruk menyebabkan anak kurus sebesar 11,9 persen dan kegemukan 11,2 persen.
IRA GUSLINA SUFA
Terpopuler: