TEMPO.CO, Bogor - Kepala Stasiun Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Darmaga Bogor, Dedi Sucahyono, menilai tingginya curah hujan disertai angin kencang dan petir disebabkan oleh peralihan musim dari hujan ke kemarau. "Musim hujan mulai surut," katanya, di Bogor, Jumat, 28 Februari 2014.
Menurut dia, peralihan ini tak seekstrem peralihan dari musim kemarau ke hujan. Cuaca ekstrem saat ini juga bersifat lokal. Sebab, perbedaan suhu tekanan awan di laut Jakarta yang udaranya panas bertemu suhu dingin dari pegunungan. Beradunya suhu panas dan dingin di kaki gunung menghasilkan hujan disertai angin kencang dan petir.
Letak geografis Bogor yang berada di kawasan gunung dan kaki pegunungan itu menjadi lokasi pertemuan dua suhu tersebut. "Cuaca ekstrem akan dirasakan penduduk di kawasan Sentul, Babakan, Madang," katanya. (Baca: BPBD Jakarta Waspadai Hujan dan Angin Kencang)
Dedi memprediksi intensitas petir meninggi pada April mendatang. "Frekuensinya bisa mencapai 4-5 ribu kejadian," katanya. Adapun petir pada peralihan musim kemarau ke hujan mencapai 6.000 kejadian, biasanya terjadi pada November. "Frekuensi petir di Bogor termasuk salah satu tertinggi di dunia," katanya.
M SIDIK PERMANA