TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan wujud nyata perjuangan Palestina dalam mendapatkan pengakuan lebih sebagai sebuah negara merdeka adalah ketika Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-bangsa pada November 2012 mengakui Palestina sebagai non-member observer state.
"Ini terjadi berkat dukungan kuat dari 138 negara di Asia dan Afrika bersama negara-negara lainnya," kata SBY, saat membuka The 2nd Conference on Cooperation among East Asian Countries for Palestinian Development (CEAPAD II), di Gedung Pancasila, Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Sabtu, 1 Maret 2014.
Menurut SBY, negara-negara pendukung berharap ada pengakuan universal terhadap Palestina sebagai negara yang merdeka dan berdaulat serta diterima menjadi anggota penuh PBB. "Kami bisa mewujudkan ini jika kami melipatgandakan usaha mereka dalam berbangsa dan membangun negara," ujarnya.
Dia mengatakan negara-negara pendukung juga harus melengkapi dan menambah mekanisme dalam mendukung Palestina. Menurut SBY, negara pendukung harus meningkatkan peran sektor swasta dalam membangun ekonomi Palestina.
"Saya benar-benar menyambut penyelenggaraan konferensi internasional yang melibatkan para pemimpin bisnis dari negara Asia Timur, Palestina, dan Arab di bawah kerangka CEAPAD," kata SBY.
SBY mengatakan peningkatan interaksi ekonomi akan menjadi bekal bagi komunitas bisnis Palestina guna menjalankan kegiatan usaha di tingkat global.
"Di saat yang bersamaan, ini diharapkan akan membuka peluang yang lebih baik bagi otoritas Palestina untuk mengundang investasi asing dan mengembangkan kapasitas usaha kecil-menengah mereka." SBY pun optimistis Palestina akan berkontribusi bagi perdamaian dunia dan stabilitas di Timur Tengah.
PRIHANDOKO