TEMPO.CO, Bangkalan - Ratusan warga Desa Blega dan Desa Rosep, Kecamatan Blega, Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, menggelar unjuk rasa di kantor kepolisian sektor setempat, Senin, 3 Maret 2014. Mereka memprotes polisi yang dianggap tidak bisa memberikan rasa aman kepada masyarakat. "Kami tidak bisa hidup tenang. Siang bekerja, malam harus begadang karena marak pencurian," kata salah satu tokoh masyarakat, haji Mahrus.
Menurut Mahrus beberapa hari yang lalu aparat Polsek Blega memang berhasil menangkap dua pelaku pencurian, yakni Nufan dan Miskan. Namun, kata dia, penangkapan tersebut tetap membuat warga Rosep resah karena keduanya dianggap bukan otak pencurian. "Otak pencurian di kampung kami bernama Romli. Dia masih bebas berkeliaran," ujarnya.
Selain kasus pencurian, kata Mahrus, perampokan sepeda motor juga meresahkan warga. Apalagi, hingga kini para pelaku belum terungkap. "Pak polisi tolong kembalikan ketenangan hidup kami," ujarnya.
Akibat unjuk rasa ini, jalur Bangkalan-Surabaya sempat macet parah. Apalagi, tidak jauh dari Polsek Blega, terdapat pasar tumpah yang saban hari membuat arus kendaraan tersendat.
Kepala Kepolisian Resor Bangkalan Ajun Komisaris Besar Sulistyono membantah polisi tidak bertindak untuk menuntaskan kasus pencurian di Blega. "Kami tetap bekerja. Kan, sudah ada tersangkanya," kata Sulistyono.
Menurut dia, apa yang dikeluhkan warga Blega akan dijadikan masukan dan motivasi agar dia bisa lebih meningkatkan kinerja anggotanya sehingga tercipta rasa aman di tengah masyarakat. "Kami akan terus lakukan perbaikan kinerja," katanya.
MUSTHOFA BISRI