TEMPO.CO, Jakarta - Meskipun dikenal sebagai gangguan tidur, ternyata insomnia tidak hanya mengganggu pada saat jam tidur di malam hari. Gangguan tidur ini bisa mempengaruhi salah satu bagian otak yang juga mengontrol kegiatan sehari-hari.
“Insomnia bukan hanya gangguan malam, melainkan gangguan 24 jam setiap hari,” kata Rachel Salas, asisten profesor neurologi dari Fakuktas Kedokteran Universitas Johns Hopkins, Amerika Serikat, kepada Live Science, Selasa, 4 Maret 2014.
Bersama tim penelitinya, Salas menunjukkan bahwa otak penderita insomnia memiliki tingkat plastisitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang tidur dengan baik.
Motor cortex, yang merupakan bagian dari otak yang mengontrol gerakan, cenderung lebih fleksibel dan aktif dalam penderita insomnia dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki masalah tidur. Hal ini juga membuat penderita insomnia memiliki kadar kortisol dan tingkat kecemasan yang cenderung lebih tinggi setiap harinya.
Meskipun peneliti menduga bahwa otak penderita insomnia akan kurang istirahat, kenyataannya otak mereka cenderung lebih plastis. Artinya, ia lebih mampu menyesuaikan diri dengan keadaan baru. Oleh sebab itu, peneliti belum bisa menentukan apakah ini hal yang baik atau buruk.
Di samping itu, peneliti juga belum bisa menentukan secara pasti apakah insomnia yang memengaruhi plastisitas otak atau plastisitas yang akhirnya menyebabkan insomnia. “Ini seperti menjawab pertanyaan, "Mana yang lebih dulu antara ayam dan telur?" tutur Salas.
ANINGTIAS JATMIKA | LIVE SCIENCE
Terpopuler
Pamer Foto Tembak Kucing Ala Danang Tak Wajar
Serangan Jantung Mengintai Setelah Marah Reda
Masalah Kehamilan Hantui Perokok Pasif
Pahami Kesuksesan Dalam The Lost Secret of Success