TEMPO.CO, Jakarta - Pada perdagangan Kamis, 6 Maret 2014, indeks harga saham gabungan (IHSG) diperkirakan akan berada pada rentang support 4.618-4.627. IHSG bertahan pada kisaran target resisten (4.555-4.572). Potensi kenaikan berlanjut dapat terjadi jika didukung pergerakan bursa saham global yang dapat positif. Walau begitu, indeks tetap mewaspadai potensi downreversal terlibas aksi profit taking.
Analis pasar dari Trust Securities, Reza Priyambada, mengatakan bursa saham Amerika Serikat yang melaju positif berdampak pada penguatan bursa saham Asia, termasuk IHSG. "Sentimen tersebut dimanfaatkan oleh pelaku pasar dengan kembali aktif melakukan transaksi," ujarnya, Kamis, 6 Maret 2014 (baca pula: Konflik Rusia-Ukraina Picu Perang Cyber).
Sehari sebelumnya, laju indeks kembali berada di zona hijau, padahal sempat diprediksi akan melemah kembali. Sepanjang perdagangan kemarin, kata Reza, indeks sempat menyentuh level 4.659,17 (level tertingginya) jelang akhir sesi kedua dan menyentuh level 4.621,04 (level terendahnya) pada awal sesi pertama serta berakhir di level 4659,17. Investor asing masih mencatat nett buy dengan kenaikan nilai transaksi beli dan transaksi jual. Investor domestik mencatat nett sell.
Pasca-menguat sehari sebelumnya, menurut Reza, laju bursa saham Amerika kembali terkoreksi. Ini setelah pelaku pasar merespons negatif rilis penurunan ISM non-manufacturing PMI dan markit services PMI. Di sisi lain, pelaku pasar juga masih mengkhawatirkan kondisi di perbatasan Ukraina dan Rusia. "Penarikan pasukan militer Rusia di perbatasan dinilai hanya bersifat sementara," katanya. Adapun rilis penambahan pekerja yang di bawah estimasi dan merosotnya harga saham-saham mineral juga menambah sentimen negatif.
Laju nilai tukar rupiah, menurut Reza, kembali menguat, bahkan lebih tinggi dari pencapaian pada awal pekan. Penguatan ini setelah dipicu meningkatnya aksi beli pelaku pasar terhadap aset-aset berisiko, termasuk rupiah. Aksi beli ini memanfaatkan penilaian meredanya potensi konflik yang terjadi di perbatasan Ukraina dan Rusia. Di sisi lain, kenaikan rupiah juga didukung terapresiasinya dolar Australia pasca-dirilis data-data Australia, terutama GDP-nya yang mengalami kenaikan. "Laju rupiah melewati level resisten 11.620. Rp 11.620-11.562 (kurs tengah BI)."
Topik: #Ukraina
FAIZ NASHRILLAH
Terpopuler
Harga Emas Antam Naik Rp 1.000
Rugi Besar, DPR akan Panggil Bos PLN
Mantan Bos Lion Air Ogah Masuk Partai Besar, Alasannya?