TEMPO.CO, Jakarta - Pakar vulkanologi dari Institut Teknologi Bandung, I Gusti Bagus Eddy Sucipta, mengatakan Gunung Slamet merupakan jenis gunung yang menyendiri. Seperti Gunung Ciremai, kata dia, Gunung Slamet hanya memiliki satu puncak. "Sehingga jika beraktivitas maupun meletus, Gunung Slamet lebih mudah terpantau," ujarnya saat dihubungi, Rabu, 12 Maret 2014.
Catatan letusan Gunung Slamet diketahui sejak abad ke-19. Gunung yang terletak di perbatasan lima kabupaten, yakni Brebes, Banyumas, Purbalingga, Tegal, dan Pemalang, ini aktif dan sering mengalami erupsi skala kecil. Aktivitas terakhir pada Mei 2009 dan sampai Juni masih terus mengeluarkan lava pijar. Sebelumnya, Gunung Slamet tercatat meletus pada 1999.
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Hendrasto mengatakan penetapan status waspada terhadap Gunung Slamet seiring aktivitas kegempaan gunung api itu meningkat. "Petugas di Gunung Slamet hingga kini memantau terus aktivitasnya untuk menentukan statusnya," katanya via telepon. (Baca: Gunung Slamet Semburkan Asap Pekat)
Dia mengimbau masyarakat tak panik dan tidak terpengaruh isu negatif. "Namun warga atau wisatawan dimohon tidak beraktivitas dalam radius 2 kilometer dari kawah Gunung Slamet," ujarnya. (Baca: 19 Pendaki Gunung Slamet Dievakuasi)
Saat ini, Gunung Slamet dalam status waspada bersama 18 gunung lainnya, yakni Kelud, Raung, Ibu, Lewotobi Perempuan, Ijen, Gamkonora, Soputan, Sangeangapi, Papandayan, Dieng, Gamalama, Bromo, Semeru, Talang, Anak Krakatau, Merapi, Dukono, dan Kerinci. (Baca: Status Gunung Slamet Masih Waspada)
Baca Juga:
MUHAMMAD MUHYIDDIN
Terpopuler
Status Gunung Slamet Masih Waspada
Ini Dia Penumpang Gelap Malaysia Airlines
Lenovo Giat Pasarkan Perangkat All-in-One