TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Direktur PT Batan Teknologi (Persero) Yudiutomo Imardjoko menyatakan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) kurang diminati, bahkan tidak laku karena limbahnya. "Bukan hanya di Indonesia, tapi di seluruh dunia," ujarnya dalam perbincangan di Kementerian Badan Usaha Milik Negara, Rabu, 12 Maret 2014.
Yudi, yang juga dosen di Universitas Gadjah Mada, pernah melakukan penelitian di Amerika Serikat mengenai kontainer limbah nuklir. Saat itu, sekitar tahun 2000, pemerintah Indonesia berencana membangun PLTN. Ia mengungkapkan limbah nuklir dari PLTN harus disimpan dalam tanah selama 10 ribu tahun.
Sebagai solusi, ia pun mendesain kontainer yang tahan hingga 10 ribu tahun. Desainnya diterima di Amerika Serikat. Namun pemerintah di sana hingga saat ini pun belum menggunakan kontainer rancangan Yudi tersebut. Negara itu, kata dia, masih menyimpan limbah di samping reaktor.
Namun, menurut dia, penelitiannya tidak sia-sia. "Saya pikir suatu saat Indonesia membangun PLTN, saya sudah ada solusinya," ujar Yudiutomo. Hingga saat ini, nyatanya pemerintah belum juga membangun PLTN. (Baca juga: Pembangunan PLTN di Bangka Diminta Kaji Ulang).
Ia mengatakan pemikirannya berkembang untuk mengubah reaktor agar tidak menghasilkan limbah, bukan lagi mementingkan kontainer limbah nuklir. Ternyata, kata Yudiutomo, Bill Gates sudah mengumpulkan ahli nuklir dunia untuk mendesain reaktor tanpa limbah nuklir. "Bill Gates memang sudah membentuk perusahaan nuklir di Amerika Serikat bernama TerraPower," kata Yudi.
MARIA YUNIAR
Terpopuler
Status Gunung Slamet Masih Waspada
Ini Dia Penumpang Gelap Malaysia Airlines
Lenovo Giat Pasarkan Perangkat All-in-One
Telepon Penumpang Malaysia Airlines Aktif