TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia memperkirakan neraca perdagangan akan kembali surplus. Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Tirta Segara, mengungkapkan hal tersebut terjadi karena didorong perbaikan ekspor akibat kenaikan permintaan dari negara mitra dagang.
“Serta terkendalinya impor yang sejalan dengan moderasi permintaan domestik,” ujar Tirta, seperti dikutip dari siaran pers, Kamis, 13 Februari 2014.
Bank Indonesia, kata dia, yakin defisit transaksi berjalan tahun ini dapat ditekan di bawah 3 persen dari produk domestik bruto (PDB). Sedangkan dalam neraca finansial, aliran masuk modal asing diprediksi membaik melalui pengaruh prospek ekonomi domestik yang semakin sehat.
Tirta menjelaskan, hingga Februari 2014, aliran masuk portofolio asing ke pasar keuangan Indonesia mencapai Rp 34,6 triliun. Dengan perkembangan positif ini, cadangan devisa Indonesia pada Februari 2014 naik menjadi US$ 102,7 miliar, atau setara dengan 5,9 bulan impor atau 5,7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.
Pertumbuhan ekonomi yang lebih seimbang, menurut dia, juga menopang kelanjutan perbaikan kinerja sektor eksternal Indonesia, dari neraca perdagangan dan neraca finansial. Adapun defisit neraca perdagangan per Januari 2014 sebesar US$ 0,43 miliar lebih dipengaruhi pola musiman. “Akibat penurunan ekspor komoditas non-migas utama serta dampak penerapan UU Minerba yang diprediksi sementara.”
Adapun menurut Bank Indonesia, ekspor manufaktur seperti mesin dan mekanik, produk kimia, serta produk dari logam pada Januari 2014 mencatat pertumbuhan cukup tinggi. Tirta menjelaskan, fundamental ekonomi yang semakin sehat mendorong perbaikan kinerja sektor eksternal, yang berpengaruh pada menguatnya nilai tukar rupiah.
Sebelumnya, Wakil Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan kinerja ekspor Indonesia tahun ini memiliki banyak tantangan. Salah satunya adalah penurunan ekspor minyak seiring dengan anjloknya lifting minyak dari target pemerintah dalam APBN 2014 sebanyak 870 ribu barel per hari.
Hal ini cukup mempengaruhi neraca perdagangan. “Padahal konsumsi BBM setiap tahun meningkat. Artinya, impor akan semakin tinggi,” kata Bambang dalam paparannya di acara rapat kerja nasional Kementerian Perdagangan, Rabu lalu.
MARIA YUNIAR
Berita terpopuler:
Budiman Klaim Ditawari Jadi Cawapres Prabowo
KPPU Cecar Roy Suryo Soal Monopoli
Enam Kontrak Pasokan Gas Diteken
Industri Grafika Nasional Tertinggal Sepuluh Tahun