TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Udara Marsekal Pertama Hadi Tjahjanto mengatakan pemerintah belum berencana menarik B-737 Surveillance dalam bantuan misi pencarian MH-370 milik Malaysia Airlines. Penghentian bantuan tergantung dari militer Malaysia. "Belum ada permintaan berhenti. Kami lanjut terus. Sekarang pencarian dipusatkan di Selat Malaka," kata Hadi di Jakarta, Sabtu, 15 Maret 2014.
Menurut Hadi, TNI AU saat ini menerjunkan pesawat pengintai yang diisi dengan 14 kru itu. Pesawat yang biasanya bermarkas di Skuadron 5 Bandara Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan itu, dikapteni Letnan Penerbang Bambang Sadewo. Belum ada tanda-tanda 14 pasukan itu akan ditarik, karena jam terbang mereka masih jauh di bawah 42 jam. "Maksimal 42 jam. Kalau sudah begitu di-rolling," ujar dia. (Baca: Otoritas Penerbangan Sipil Malaysia Bantah MH370 Dibajah)
Selain TNI AU, TNI AL juga menurunkan satu unit pesawat Casa untuk menyisir objek dari ketinggian lebih rendah. Untuk bantuan personel, TNI AU menitipkan seorang perwiranya di pangkalan militer Malaysia. Perwira penghubung militer Indonesia dengan Malaysia itu Letnan Kolonel Penerbang Deni Butarbutar. "Dia stand by di pangkalan Tentera Udara Diraja Malaysia di Butterworth, Penang," tutur Hadi.
Setelah hampir sepekan, penyebab hilangnya pesawat Malaysia Airlines MH-370 mulai terkuak. Pemerintah Malaysia mengisyaratkan, seperti dilansir kantor berita Associated Press, pesawat itu dibajak oleh orang yang memiliki pengalaman terbang. "Sudah dipastikan (bahwa pesawat dibajak)," demikian bunyi laporan yang dikutip Malaysiakini dan New York Daily News itu, Sabtu, 15 Maret 2014. (Baca: Najib Razak: Hilangnya MH370 karena 'Kesengajaan')
Dalam laporan itu disebutkan para investigator menduga salah satu pilot pesawat atau orang lain yang memiliki pengalaman terbang ikut terlibat dalam pembajakan. Namun lokasi hilangnya pesawat yang belum jelas membuat para investigator belum mengetahui motif pembajakan. Dugaan pembajakan itu menguat setelah ditemukannya sejumlah bukti, antara lain kedua sistem komunikasi pesawat dimatikan secara terpisah dalam kurun 14 menit.
Hal itu mengindikasikan ada campur tangan yang tidak diinginkan. Pejabat Amerika Serikat yang mengetahui penyelidikan itu sebelumnya kepada ABC News mengaku sistem pelaporan data pesawat mati pada pukul 01.07 waktu setempat, atau sekitar 27 menit setelah pesawat lepas landas dari Kuala Lumpur International Airport, Sepang, Selangor, Sabtu, 8 Maret 2014. Pesawat ini mengangkut 227 penumpang dan 12 awak penerbangan.
KHAIRUL ANAM
Baca Juga Berita Terpopuler
Ekspresi Ahok Saat Detik-detik Deklarasi Jokowi
Jokowi Capres, Warga Semeru: Satria Piningit Datang
Ini Catatan Pengusaha kepada Jokowi