TEMPO.CO, Jakarta - Bank Dunia memprediksi pertumbuhan produk domestik bruto atau gross domestic product (GDP) Indonesia pada 2014 tidak berubah dari Desember 2013. "Yaitu 5,3 persen year-on-year," ujar ekonom utama dan Manajer Sektor Bank Dunia Indonesia Jim Brumby dalam laporan perkembangan triwulan perekonomian Indonesia, Selasa, 18 Maret 2014. (baca: Tahun ini, Perekonomian Tumbuh di Bawah 6 Persen)
Menurut Bank Dunia, konsumsi sektor swasta akan mengalami peningkatan sementara karena adanya pemilihan umum pada April dan Juli mendatang. Namun kredit yang lebih ketat untuk rumah tangga bisa menjadi faktor penyeimbang keseluruhan tahun ini.
Adapun pertumbuhan investasi diperkirakan tetap di bawah tingginya biaya pinjaman, harga komoditas yang lebih rendah, serta nilai denominasi rupiah yang lebih tinggi untuk barang modal impor dibanding tahun-tahun sebelumnya.
"Pertumbuhan ekspor diperkirakan meningkat bertahap sejalan dengan permintaan dari luar negeri," kata Brumby. Ia menyebutkan pertumbuhan ekspor akan berkontribusi terhadap pertumbuhan GDP menjadi 5,6 persen pada 2015. (baca: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Direvisi)
Pada akhir tahun ini, inflasi Consumer Price Index (CPI) diperkirakan turun di bawah target plafon Bank Indonesia, yaitu 3,5-5,5 persen year-on-year, dan diperkirakan stagnan hingga akhir 2015. Adapun defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) diproyeksikan menyentuh angka 2,9 persen dari GDP untuk 2014.
Bank Dunia mengatakan neraca transaksi berjalan atau current account balance diharapkan meningkat, tapi masih defisit. Menurut Bank Dunia, hal tersebut merupakan dampak dari larangan ekspor mineral mentah yang menyebabkan keterlambatan pengembalian neraca perdagangan pada kondisi surplus.
Sebelumnya Wakil Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada di bawah level 6 persen. "Pertumbuhan tahun ini, saya range-nya 5,7-6 persen," katanya akhir pekan lalu.
MARIA YUNIAR
Berita Terkait
Pemilu Sumbang Pertumbuhan Ekonomi 0,1 Persen
Inflasi Februari 2014 Turun
Budi Mulya: FPJP Century Sudah Dikembalikan ke BI
BI Nilai Pasar Keuangan Lebih Efisien