Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Menangkap Riak di Ledakan Awal Jagat Raya

image-gnews
Gambaran artis ledakan dahsyat di periode awal terbentuknya Alam Semesta
Gambaran artis ledakan dahsyat di periode awal terbentuknya Alam Semesta
Iklan

TEMPO.CO , Jakarta: Teori Dentuman Besar menyebutkan alam semesta terbentuk akibat ledakan hebat yang terjadi sekitar 13,8 miliar tahun lalu. Kurang dari satu detik jagat raya lalu berkembang dengan kecepatan yang luar biasa.

Berikutnya, terbentuklah galaksi, bintang dan benda luar angkasa lainnya, termasuk bumi yang dihuni manusia. Kini para peneliti berhasil mendeteksi gelombang atau riak yang membuktikan adanya inflasi jagat raya sejak "ledakan" pertama terjadi.

Para peneliti yang tergabung dalam program BICEP2 mengeluarkan dua laporan tentang temuan riak kosmik yang menjelaskan pembentukan jagat raya. Data-data yang mereka luncurkan mencakup gambar perdana gelombang gravitasi di ruang angkasa. Riak-riak ini disebut sebagai "getaran awal dari Dentuman Besar". Informasi itu memperkuat hubungan antara mekanika kuantum dan teori relativitas umum yang diperkenalkan oleh Albert Einstein pada 1916.

"Mendeteksi keberadaan sinyal-sinyal itu adalah tujuan terpenting dalam kosmologi. Banyak orang berusaha keras untuk membuktikannya," kata John Kovac, kepala BICEP2 dan ilmuwan dari Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics, seperti dikutip Sciencedaily, 17 Maret 2014.

Jagat raya awalnya adalah kumpulan plasma dan energi yang sangat panas yang tidak memungkinkan bagi foton, partikel dasar cahaya atau radiasi eletromagnetik, untuk bergerak. Lalu terjadilah ledakan besar yang mengawali pembentukan jagat raya. Cahaya awal diduga mulai memenuhi alam semesta sekitar 380 ribu tahun setelah

Dentuman Besar. Berbagai misi ruang angkasa lalu dikembangkan untuk memetakan gelombang kosmik mikro yang menyebar.

Para ilmuwan di BICEP2 mencari gelombang kosmik mikro yang merupakan pendar cahaya lemah sisa dari Dentuman  Besar. Fluktuasi sekecil apa pun pada cahaya itu bisa memberi petunjuk kondisi awal jagat raya. Adanya perbedaan kecil pada temperatur mengindikasikan bagian jagat raya yang lebih padat. Kondisi itu kemudian bisa membentuk galaksi dan gugus benda ruang angkasa.


Gelombang kosmik mikro memiliki variasi temperatur yang sangat kecil. Namun persebarannya ke seluruh jagat raya memperkuat konsep inflasi. "Alasan mengapa gelombang kosmik mikro suhunya mirip di berbagai tempat di jagat raya akan tetap menjadi misteri jika tidak ada teori inflasi," kata Chuck Bennett, investigator utama Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA). "Apa yang kita lihat di langit berasal dari area yang sangat kecil."


Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Gelombang kosmik mikro mengeluarkan sifat mirip cahaya termasuk polarisasi. Di bumi, misalnya, sinar matahari dihamburkan oleh atmosfer. Karena itu kacamata yang terpolarisasi bisa membantu mengurangi silau. Di ruang angkasa, gelombang kosmik mikro dihamburkan oleh atom dan eletron.

"Tim kami mencari jenis polarisasi khusus disebut pola-B yang menggambarkan putaran dalam orientasi polarisasi gelombang itu," kata peneliti Jamie Bock dari Institut Teknologi California. Pendar energi dari plasma putih panas yang berekspansi selama miliaran tahun kini telah menyusut menjadi gelombang mikro.

Ketika bergerak, gelombang gravitasi menekan ruang angkasa. Proses tekanan ini menghasilkan pola khusus yang bisa dideteksi. Seperti cahaya, gelombang gravitasi juga bisa terpolarisasi ke arah tertentu. “Model pola-B yang berpilin itu merupakan tanda unik gelombang gravitasi,” kata Chao-Lin Kuo peneliti dari Universitas Stanford. “Ini merupakan citra langsung pertama gelombang gravitasi yang melintasi angkasa.”

Para peneliti menggunakan teleskop radio di Kutub Selatan untuk melacak gelombang gravitasi tersebut. Kondisi Kutub Selatan yang dingin, kering, dan langitnya bersih sangat mendukung pencarian. Kovac mengatakan Kutub Selatan adalah tempat terbaik untuk mengamati ruang angkasa. “Di sana adalah tempat terkering dan terbersih di  bumi, lokasi yang cocok untuk mengamati gelombang lemah dari Dentuman Besar,” kata Kovac.

Avi Loeb, ilmuwan dari Harvard mengatakan penemuan ini memberikan pandangan baru tentang eksistensi alam semesta. “Hasilnya bukan sekedar tahu tentang ledakan besar, tapi juga memberitahu kita kapan inflasi terjadi dan betapa besar prosesnya.”

LIVESCIENCE | SCIENCEDAILY | SPACE | GABRIEL TITIYOGA

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

26 November 2023

Kepala Badan Riset Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko dalam diskusi Ngobrol @Tempo bertajuk
BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

BRIN memberikan penghargaan tertinggi kepada periset Indonesia yang berprestasi, dan kepada tokoh yang telah memberikan andil kemajuan iptek.


Jokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti

19 Agustus 2023

 Presiden RI Joko Widodo menyampaikan sambutan saat menghadiri Muktamar XXIII Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) di Medan, Sumatra Utara, Sabtu 19 Agustus 2023. ANTARA/Gilang Galiartha
Jokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti

Jokowi mendorong pelajar Muhammadiyah untuk memiliki kemampuan iptek dan juga budi pekerti yang baik


Jokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045

15 Juni 2023

Presiden Joko Widodo menyampaikan pernyataan terkait Piala Dunia U-20, di Istana Merdeka, Selasa, 28 Maret 2023. YouTube/Sekretariat Presiden
Jokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045

Presiden Joko Widodo alias Jokowi membeberkan tiga hal penting yang menjadi acuan menuju visi Indonesia Emas 2045. Simak detailnya.


Memahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya

10 Desember 2022

Demonstran Anti Globalisasi berdemonstrasi menentang pertemuan World Economy Forum di Jenewa, (1/2).  AFP PHOTO / NICHOLAS RATZENBOECK
Memahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya

Dengan adanya globalisasi, segala aktivitas manusia semakin mudah. Namun lihat juga dampak negatif dan positifnya.


Di Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis

3 Desember 2022

Tangkapan layar - Presiden Jokowi saat menghadiri Peringatan HUT ke 77 PGRI dan Hari Guru Nasional di Semarang, Jawa Tengah, Sabtu 3 Desember 2022. ANTARA/Indra Arief Pribadi)
Di Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis

Jokowi meminta para guru memastikan anak didiknya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi


Siti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya

25 November 2022

Siti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya

MPR membuka pintu lebar-lebar kepada seluruh elemen bangsa termasuk para mahasiswa untuk berkunjung dan mendapatkan semua informasi.


BRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan

10 November 2022

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyelenggarakan penganugerahan Habibie Prize 2022, yang bekerja sama dengan Yayasan SDM-IPTEK, pada Kamis, 10 November 2022. (Tangkapan layar YouTube/BRIN)
BRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan

Penghargaan Habibie Prize 2022 diberikan pada empat ilmuwan yang memberikan kontribusi di bidang iptek dan inovasi.


Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek

4 November 2022

Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek

Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyelenggarakan Symposium on State Ideology and International Conference on Digital Humanities 2022 di Institut Teknologi Bandung.


Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional

20 April 2022

Ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi (Iptekin) telah menjadi salah satu faktor utama bagi negara-negara maju dalam mempercepat program pembangunan nasional di berbagai sektor, terlebih pada sektor pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan.
Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional

Ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi (Iptekin) telah menjadi salah satu faktor utama bagi negara-negara maju dalam mempercepat program pembangunan nasional di berbagai sektor, terlebih pada sektor pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan.


Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

20 April 2022

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia | Source foto: freepik
Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia