TEMPO.CO, London - Melahirkan di dalam air ternyata tidak ada manfaatnya. Bahkan, dalam beberapa kasus tertentu, melahirkan dalam air (waterbirth) justru berisiko serius bagi bayi. Maka, tindakan ini tidak disarankan dalam berbagai situasi, demikian sebuah penelitian terbaru mengungkapkan.
Meskipun melahirkan di dalam air sangat populer akhir-akhir ini, tetapi menurut dua kelompok dokter yang melakukan riset, yaitu American Academy of Pediatrics dan American College of Obstetricians and Gynecologists, tidak ada bukti bahwa melahirkan di dalam air aman dan bermanfaat untuk ibu dan bayinya.
Bahkan dalam beberapa kasus, melahirkan di dalam air menyebabkan bayi tenggelam atau mengalami masalah pernapasan karena menghirup air atau mengalami infeksi.
Karena kurangnya manfaat sekaligus adanya potensi risiko serius, tindakan melahirkan di dalam air seharusnya dipertimbangkan kembali, yaitu hanya dilakukan jika ibunya memang membutuhkan hal tersebut secara klinis.
"Ada risiko yang berkaitan dengan melahirkan di dalam air, terutama jika bayi benar-benar dilahirkan di dalam air," kata Dr Tonse Raju, kepala dari Pregnancy and Perinatology Branch di National Institute of Child Health and Human Development seperti dikutip situs LiveScience edisi 20 Maret 2014.
Para ibu harus mengetahui adanya risiko ini. Sebagian pendukung tindakan melahirkan di dalam air mengatakan bahwa bayi mempunyai daya reflek yang mencegah mereka untuk menghirup air, tetapi para dokter mengatakan bahwa reflek tersebut bisa dikesampingkan, misalnya seperti diketahui bahwa bayi bisa menghirup kotoran saat di dalam perut. Kenyataannya, menghirup kotoran juga bisa terjadi pada proses melahirkan di dalam air.
Sebaliknya, laporan mengungkapkan bahwa wanita hamil kemungkinan mendapatkan manfaat dari berkontraksi di dalam air, seperti kolam atau bak mandi khusus. Beberapa studi menunjukkan bahwa wanita yang mengalami kontraksi di dalam air merasakan lebih sedikit nyeri, tidak perlu dibius dan menjalani proses kontraksi yang lebih pendek. Hanya saja, untuk mengikuti rekomendasi tersebut, wanita yang memutuskan untuk berkontraksi di dalam air perlu keluar dari kolam sebelum bayi mereka lahir.
Lebih lanjut Raju mengatakan, fasilitas yang diberikan pada para ibu hamil untuk berkontraksi di dalam air membutuhkan prosedur yang ketat, termasuk standar pemantauan ibu dan perkembangan proses kontraksi sehingga sang ibu bisa dipindahkan sebelum melahirkan.
Selain itu, ucap Raju, staf medis juga harus memastikan bahwa tindakan tersebut tidak mencegah wanita mendapatkan perhatian selama proses kontraksi. Kolam dan air untuk berkontraksi juga harus bersih untuk mencegah infeksi.
LIVE SCIENCE I ARBAIYAH SATRIANI
Berita terpopuler
Mulai 24 Juni 2014, Bungkus Rokok Ada Gambar Ini
The Blackside, Skandal Menteri dan Pembaca Berita
Orang Kaya Amerika Galau Soal Kesehatan
Banyak Duduk Bikin Gendut