TEMPO.CO, Jakarta - Minimnya sentimen positif dari pasar global ditambah peningkatan kebutuhan dolar menjelang akhir bulan membuat rupiah melanjutkan pelemahan dua hari berturut-turut.
Di transaksi pasar uang hari ini, rupiah terdepresiasi 18 poin (0,16 persen) ke level 11.412 per dolar Amerika Serikat. Rupiah ikut terseret imbas penguatan dolar terhadap sebagian mata uang Asia, khususnya yen Jepang dan dolar Hong Kong.
Baca Juga:
Analis dari PT Monex Investindo Futures, Yohanes Ginting, mengatakan sentimen yang menyelimuti pasar global saat ini cenderung menguntungkan posisi dolar. "Pernyataan Gubernur Bank Sentral AS (The Fed), Janet Yellen, akan memangkas stimulus dan bakal menaikkan suku bunga Fed Rate tahun depan membuat dolar kembali perkasa di pasar uang," kata dia, Rabu, 26 Maret 2014.
Kebijakan The Fed soal pengetatan dalam hal moneter menjadi angin segar bagi dolar AS. Pasalnya, pengetatan likuiditas akan menarik kembali dolar yang membanjiri pasar berkembang sejak keran stimulus dibuka pada 2009.
Dari dalam negeri, meningkatnya kebutuhan dolar untuk membiayai impor korporasi semakin membenamkan posisi rupiah. Tingginya kebutuhan dolar inilah yang menjelaskan mengapa tingginya akumulasi beli asing di pasar saham tidak mampu mendongkrak nilai tukar. "Menjelang akhir bulan, permintaan dolar di pasar domestik biasanya sedang tinggi-tingginya," ujar Yohanes.
PDAT | M. AZHAR