TEMPO.CO, Jakarta - Membaiknya beberapa indikator ekonomi Amerika Serikat (AS) terus memberi sentimen positif terhadap dolar.
Imbasnya, mata uang regional kembali melemah terhadap dolar, termasuk rupiah. Di transaksi pasar uang hari ini, rupiah mengalami depresiasi pada kisaran Rp 11.437 per dolar AS.
Ekonom dari PT Samuel Sekuritas Indonesia, Rangga Cipta, mengatakan membaiknya data-data ekonomi AS yang dirilis semalam mendorong pelemahan mata uang utama dunia. "Indeks dolar menguat 0,07 persen tadi malam, sementara euro melemah 0,33 persen," ujar Rangga dalam riset hariannya.
Data durable goods order AS tumbuh 2,2 persen di bulan Februari, menyusul naiknya data penjualan rumah baru. Data-data ini semakin menguatkan keyakinan pasar bahwa pemulihan ekonomi AS berjalan dengan cepat.
Di sisi lain, perbaikan data-data itu juga bisa menjadi sinyal bagi bank sentral AS (The Fed) untuk mempercepat program pemangkasan stimulus moneternya dan dilanjutkan dengan kenaikan suku bunga mulai tahun depan.
Baca Juga:
Menurut Rangga, pelaku pasar masih menanti data produk domestik bruto AS yang diprediksi membaik. Selain itu, pergerakan mata uang masih menanti data penting lainnya, yaitu jobless claim, yang akan diumumkan hari ini waktu AS.
Dari dalam negeri, Deputi Gubernur BI kemarin menegaskan bahwa kebijakan moneter akan tetap ketat dan nilai tukar akan dijaga untuk mendukung perbaikan defisit neraca berjalan. Namun pernyataan ini dinilai tidak mampu menahan pelemahan rupiah. "Rupiah diperkirakan masih akan melemah hari ini," ujar Rangga.
Penguatan indeks dolar turut memicu pelemahan mata uang Asia pada hari ini. Hingga 11.30 WIB, yen melemah 0,13 persen ke 102,17 per dolar AS, yuan melemah 0,10 persen ke 6,2152 per dolar AS, dan rupee melemah 0,07 persen ke 60,205 per dolar AS.
PDAT | M. AZHAR