TEMPO.CO, Yogyakarta - Peluit kereta berteriak memekakkan telinga. Kereta ekonomi AC Ajisaka berangkat dari Stasiun Lempuyangan Yogyakarta melaju ke tujuan akhir di Stasiun Kutoarjo, Purworejo, Jawa Tengah. Penumpang mulai melangkahkan kaki memasuki gerbong kereta berwarna dominan kuning. Kursi panjang hijau tua berderet pada tiap gerbong. Pada hari-hari biasa, penumpang yang mengisi gerbong hanya beberapa gelintir dan bisa dihitung dengan jari. Penumpang kerap mengeluhkan jadwal keberangkatan kereta Ajisaka yang sering molor.
Kereta itu punya enam gerbong untuk penumpang. Satu gerbong berkapasitas 106 orang. Kondisi dalam gerbong kereta sesungguhnya nyaman. AC-nya terasa dingin. Bangku-bangkunya bersih. Tidak ada secuil pun sampah di bawah kolong kursi. Kereta pun bebas pedagang asongan ataupun pengamen ketika berhenti di stasiun. Kesan kumuh kereta ekonomi pada masa lampau tinggal kenangan. Stasiun juga bersih. Tak ada lagi sampah teronggok di pojok stasiun.
Manajer Humas PT KAI Daerah Operasi VI Yogyakarta, Bambang S. Prayitno, mengatakan PT KAI akan mengevaluasi keberadaan kereta jalur baru itu pada April 2014.” Evaluasi ini menyangkut keluhan jadwal keberangkatan kereta api yang kerap molor,” kata Bambang, Kamis, 27 Maret 2014.
Ia menyatakan tren jumlah penumpang kereta jalur atau trayek baru itu belum memenuhi target okupansi PT KAI. Jumlah penumpang kereta pada trayek baru itu rata-rata di bawah 50 persen dari jumlah kursi yang disediakan.
Ia mencontohkan, rata-rata jumlah penumpang kereta Kalijaga per hari hanya 66 orang. Kereta itu memiliki kapasitas penumpang 636 kursi. “Kalau dirata-rata pada semua kereta, trayek baru itu jumlah penumpang hanya 25-30 persen,” kata Bambang.
Menurut dia, pada Februari 2014, PT KAI meluncurkan sejumlah kereta untuk melayani para pelaju. PT KAI meluncurkan sejumlah kereta pada tanggal yang berbeda di bulan yang sama. Kereta itu yakni Sidomukti jurusan Solo-Yogyakarta, Ajisaka jurusan stasiun Lempuyangan-Stasiun Kutoarjo, dan Kalijaga jurusan Purwosari-Semarang.
Tarif tiket kereta Sidomukti dan Ajisaka Rp 20 ribu. Sedangkan, Kalijaga Rp 25 ribu. Kereta dengan trayek baru ini diluncurkan untuk mengurangi kepadatan lalu lintas di jalan raya.
Dedi Dwi Harjanto, 37 tahun, penumpang kereta Ajisaka mengeluhkan waktu keberangkatan kereta yang kerap telat. “Seperti kereta api pada umumnya di Indonesia, jam keberangkatan suka molor dan tidak bisa diandalkan,” katanya. Ia pekerja pelaju Yogyakarta-Kutoarjo. Dia memilih menumpang kereta dari Yogyakarta ke Kutoarjo karena lebih murah dan tidak macet. Selain itu, ia merasa nyaman.
SHINTA MAHARANI