TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo menyebutkan setidaknya ada empat pelajaran yang bisa dipetik dari perjalanan perekonomian nasional tahun 2013. Salah satunya terkait dengan upaya penguatan pondasi kebijakan ekonomi dalam menghadapi tantangan yang tidak ringan saat itu.
"Pasar keuangan global mengalami tekanan ketika The Federal Reserve memberi sinyal akan melakukan tapering off," kata Agus dalam acara Peluncuran Buku & Diskusi Laporan Perekonomian Indonesia 2013, di Gedung Bank Indonesia, Rabu, 2 April 2014.
Ia menjelaskan, pelajaran pertama adalah pentingya menjaga disiplin dan komitmen kebijakan makro ekonomi fiskal moneter ke arah ekonomi yang berkelanjutan. Kebijakan moneter yang preventif, menurut dia, akan menjaga neraca perdagangan lebih sehat. "Kebijakan fiskal yang berkesinambungan akan menjaga ekonomi yang lebih stabil.”
Pelajaran kedua adalah pembuatan kebijakan yang tidak hanya mengandalkan satu instrumen. Agus menilai penguatan integrasi dalam kebijakan fiskal harus dilakukan agar pelaksanaan kebijakan dapat optimal. "Tidak mengandalkan untuk solusi jangka pendek tetapi jangka menengah.”
Selanjutnya, yakni pelajaran ketiga adalah pentingnya ketahanan keuangan untuk menjaga daya beli domestik. Hal ini terbukti pada kuartal keempat tahun lalu tercatat defisit neraca berjalan menurun ke arah lebih sehat. "Meski respons kebijakan moneter lebih kuat, tapi pertumbuhan ekonomi dapat dipertahankan 5,8 persen," ujar Agus.
Pada tahun 2013 juga disebutkan kondisi makro ekonomi yang stabil dan ekonomi mikro juga terus membaik, ditambah dengan likuiditas valas lebih lancar dan kurs rupiah yang lebih sehat.
Yang terakhir, Agus menyebutkan pentingnya reformasi struktural untuk meningkatkan kapabilitas. Reformasi struktural ini dinilai dapat mendorong pertumbuhan kuat tanpa dibarengi defisit transaksi berjalan dan inflasi.
Dengan menindaklanjuti empat pelajaran utama ini, Agus yakin pertumbuhan ekonomi tahun ini bisa terjaga di kisaran 5,5-5,9 persen dan inflasi sekitar 3,5-5,5 persen. “Dan defisit transaksi berjalan di bawah tiga persen terhadap Product Dosmetik Bruto,” katanya.
TRI ARTINING PUTRI
Berita terpopuler:
PPATK: BI Anggap Valas seperti Pisang Goreng
Kabut Asap BikinTuris Asing Ogah ke Indonesia
Industri Kreatif Perlu Teknik Branding Jitu