TEMPO.CO, Jakarta - Hasil pemilihan umum anggota legislatif 9 April mendatang masih mungkin jauh berbeda dengan hasil sigi sejumlah lembaga survei, yang menempatkan Partai Golongan Karya dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan sebagai pemenang.
"Saat ini masih banyak pemilih yang belum menentukan pilihan," kata peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Adjie Alfaraby, saat dihubungi Tempo, Jumat, 4 April 2014.
Menurut Adjie, perubahan juga mungkin terjadi karena besarnya jumlah pemilih yang tak terikat partai. Menurut data LSI, jumlah pemilih ini mencapai 65 persen. Sedangkan pemilih yang belum menentukan pilihan 11 persen.
Adjie mengatakan suara pemilih yang tak terikat partai ini mudah berubah sesuai dengan dinamika politik menjelang pemilihan umum. Kelompok ini biasanya memillih karena faktor ketokohan dan citra yang terbangun pada partai sesaat menjelang pencoblosan. Bahkan partai yang saat ini besar pun masih mungkin keok dalam pemilu. "Bisa saja ada kejadian luar biasa yang membuat tingat kepercayaan pemilih menurun."
Pemilih mengambang ini, kata Adjie, masih mungkin dipikat oleh seluruh partai. Kuncinya, tergantung kepiawaian mesin partai membangun kepercayaan pemilih. Partai juga harus bisa menangkal kemungkinan menyebarnya kampanye hitam dan kampanye negatif sebelum hari pencoblosan.
Untuk bisa sukses pada pemilu, kata Adjie, partai tak hanya perlu menggaet suara mengambang. Partai juga harus bisa memastikan para pendukungnya tak masuk golongan putih (golput) saat hari pemilihan. Sebab, kata Adjie, dalam beberapa kali pemilu dan pilkada, jumlah suara golput terus meningkat. Pada pemilihan presiden 2009 lal, misalnya, masyarakat yang memilih masuk golput mencapai 30 persen.
IRA GUSLINA SUFA
Terpopuler:
Bendahara Atut Transfer Rp 1,2 M ke Rano Karno
Eks Tapol Pilih Jokowi, Anak Muda Dukung Prabowo
15 Caleg Terseksi Versi Living in Indonesia