TEMPO.CO, Tegal - Ketua Penasihat Koperasi Warung Tegal (Kowarteg) Harun Abdi mengklaim tingkat partisipasi para pengusaha warteg dalam pemilu legislatif 2014 lebih tinggi dibandingkan saat pemilihan Gubernur Jawa Tengah dan pemilihan kepala daerah pada 2013.
"Ribuan pengusaha warteg asal Kabupaten dan Kota Tegal sudah mudik sejak kemarin sampai hari ini," kata Harun kepada Tempo, Selasa, 8 April 2014. Di Kabupaten Tegal, Harun mengklaim 10 ribu pengusaha warteg bakal mencoblos di kampung halamannya.
Di Kota Tegal, kata Harun, sekitar 2.000 pengusaha warteg asal Kecamatan Margadana sudah pulang. Kondisi ini jauh berbeda dengan pemilihan Gubernur Jawa Tengah pada 26 Mei 2013 dan pemilihan Bupati serta Wali Kota Tegal yang dilaksanakan serentak pada 27 Oktober 2013.
Saat pemilihan gubernur dan dua pilkada itu, sebagian besar anggota Kowarteg di Jakarta dan sekitarnya memilih tidak pulang dengan bermacam alasan. Selain karena berat di ongkos, para pengusaha warteg itu juga mengaku kesulitan mencari pembantu jika harus mudik demi menggunakan hak pilihnya.
Resmi dideklarasikan pada Januari 2013, Kowarteg membawahi sekitar 27.000 warteg di Jakarta dan sekitarnya. Walhasil, keengganan para anggota Kowarteg untuk mudik berdampak besar pada rendahnya jumlah surat suara yang masuk pada tiap pemilu di Kabupaten dan Kota Tegal.
Hal itu terbukti saat pemilihan Gubernur Jawa Tengah pada 2013. Dari 200.470 daftar pemilih tetap (DPT) di Kota Tegal, hanya 54 persen yang menggunakan hak pilihnya. Sebanyak 46 persen suara golput itu diduga dari kalangan pengusaha warteg dan nelayan yang masih melaut.
Tidak mudiknya para pengusaha warteg dan nelayan juga berpengaruh pada perolehan suara pemilihan Bupati Tegal. Dari 1.183.537 DPT, hanya 662.740 suara yang masuk. Bupati Enthus Susmono yang lolos sebagai pemenang saat itu hanya mengantongi 233.318 suara.
Salah seorang anggota Kowarteg yang tinggal di Kecamatan Setiabudi, Jakarta Selatan, Dirjo, memilih tetap tidak mudik karena kesulitan mencari pembantu sementara. "Tapi kami tetap mencoblos di Jakarta," kata warga asli Kota Tegal itu saat dihubungi Tempo.
Menurut Dirjo, anggota Kowarteg yang tidak mudik jumlahnya jauh lebih besar. Selain tidak harus membuang banyak waktu dan tenaga untuk mudik, Dirjo beranggapan suaranya lebih tepat diberikan kepada caleg di Jakarta yang mengusung program perlindungan bagi pengusaha warteg.
DINDA LEO LISTY
Terpopuler:
Anas 'Tabuh Genderang Perang' Lawan SBY
4 Spekulasi Jejak MH370 Tak Terpantau Radar TNI
Bersaksi untuk Andi Mallarangeng, Adhyaksa Kesal
Tunjangan Guru PNS Rp 6 Triliun Cair 9 April 2014
Kelebihan Pesawat Nirawak Super Drone Buatan TNI AD