TEMPO.CO, Jakarta - Dipertahankannya suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) di level 7,5 persen memberi insentif bagi pasar. Pada transaksi pasar uang hari ini, rupiah kembali menguat 16 poin (0,14 persen) ke level 11.289 per dolar Amerika Serikat. Rupiah bergerak menguat seiring melemahnya dolar terhadap sebagian mata uang regional. (baca: BI Kembali Pertahankan BI Rate di 7,5 Persen)
Analis pasar uang dari PT Bank Mandiri Tbk, Reny Eka Putri, mengatakan rupiah terus mempertahankan laju penguatan terhadap dolar AS setelah rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan kebijakan moneternya. "Dipertahankannya BI Rate di level 7,5 persen memunculkan optimisme di kalangan investor bahwa laju perekonomian masih sesuai dengan target," ujarnya, Selasa, 8 April 2014.
Baca Juga:
Berbagai sentimen positif secara bergiliran mendongkrak nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Sebelumnya, data-data ekonomi yang dirilis pada awal bulan cukup positif dengan neraca perdagangan tercatat surplus dan inflasi yang terkendali. Setelah itu, rilis data cadangan devisa juga sesuai dengan ekspektasi pasar sekaligus mempertahankan posisi di atas US$ 100 miliar tiga bulan berturut-turut.
Menurut Reny, dipertahankannya BI Rate di level 7,5 persen merupakan langkah yang tepat karena masih sesuai dengan estimasi inflasi 2014 yang diperkirakan 3,5-5,5 persen. "Ekonomi dalam negeri juga masih menghadapi risiko kenaikan tarif dasar listrik untuk industri dan wacana kenaikan BBM bersubsidi," ujar Reny.
Di sisi lain, kebijakan moneter ketat juga dibutuhkan untuk melindungi ketahanan nilai tukar dari faktor eksternal, yakni peluang penguatan dolar AS. Pasalnya, kebijakan pemangkasan stimulus bank sentral AS (The Fed) masih akan berlanjut hingga akhir 2014 dan muncul wacana kenaikan suku bunga di AS.
Selanjutnya, pergerakan rupiah masih menunggu hasil pemilu legislatif 9 April 2014. "Bila pemilu berlangsung aman dan kondusif, kepercayaan asing terhadap iklim keuangan akan meningkat, sehingga baik untuk rupiah," ungkap Reny.
PDAT | M. AZHAR
Terpopuler
Ponsel di Bawah Rp 5 Juta Bakal Kena Pajak Barang Mewah
Bosowa Kuasai 30 Persen Saham Bukopin
Indeks Saham Wall Street Merosot