TEMPO.CO , Bandung - Pemerintah Kota Bandung telah membahas pengadaan prasarana transportasi pejalan kaki bernama Skywalk. "Di masa depan, Skywalk ini menjadi penting karena mengubah cara orang bergerak di kota Bandung tanpa harus naik mobil," kata Wali Kota Bandung Ridwan Kamil di Balai Kota Bandung, Kamis, 10 April 2014.
Skywalk merupakan sebuah jembatan pejalan kaki yang biasanya beralaskan kaca. Alas tersebut dipilih agar pejalan kaki dapat merasakan adrenalin layaknya berjalan di udara. Jembatan itu akan dibangun sepanjang satu kilometer, menyambungkan Jalan Taman Sari dan Cihampelas.
Ridwan mengatakan, fasilitas kota yang bagus mesti dilengkapi dengan sistem keamanan yang menunjang. Demikian juga skywalk itu, nantuinya akan dilengkapi lampu yang menyala sepanjang malam, kamera pengintai dan tenaga keamanan yang berpatroli setiap saat.
Pembangunan proyek tersebut akan dimulai tahun ini. Pembahasan proyek tersebut melibatkan Pusat Studi Jalan dan Jembatan, dengan biaya proyek sebesar Rp 10 miliar dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Bandung.
Ridwan berharap, pengadaan jembatan transportasi pejalan kaki ini bisa mengurangi tingkat kemacetan di Kota Bandung. Dia optimistis jembatan itu dapat menarik minat masyarakat agar mau berjalan kaki. Selain jumlah kendaraan yang berjubel, kata dia, kemacetan di Kota Bandung kerap ditimbulkan oleh banyaknya simpang jalan. "Sebenarnya transportasi pejalan kaki itu sudah dilakukan di Cina dan Perancis," ujarnya.
Proyek ini juga tidak menuntut kebutuhan lahan luas. "Tiangnya kan langsing-langsing, jadi nyempil-nyempil dan tidak akan memakan tanah masyarakat," kata wali kota yang biasa dipanggil Emil itu.
Pakar transportasi Institut Teknologi Bandung (ITB) B.S Kusbiantoro mengatakan fasilitas skywalks saja kurang efektif memacu warga Bandung lebih banyak berjalan kaki. "Diperlukan kombinasi yang baik antara sistem angkutan umum yang ada dan fasilitas penunjang, agar warga lebih sering berjalan kaki," ujarnya.
Menurut Kusbiantoro, proses pembangunan skywalk dan pembenahan angkutan umum dapat dilakukan bersamaan. Angkutan umum harus menjadi sarana transportasi secara primer, jika Pemerintah Kota Bandung berencana membenahi kemacetan. "Sistem organisasinya diperbaiki dan manajemennya cukup satu, agar penumpang nyaman dan supir-supir digaji," katanya. (Baca : Ridwan Kamil Tolak Proyek Baru di Bandung Utara )
PERSIANA GALIH | ATHIFAH AYU
Terpopuler
Alaska Tuntut Bergabung dengan Rusia
Dhani Jagokan Jokowi atau Prabowo Jadi Presiden
Pesawat Baru Kepresidenan Mendarat di Halim