TEMPO.CO, Jakarta - Sentimen negatif dari turunnya data perdagangan Cina membuat posisi dolar semakin perkasa di pasar uang. (Baca juga: Pemilu Usai, Investor Tinggalkan Rupiah).
Dalam transaksi pasar uang siang ini, rupiah kembali terjun bebas 102 poin (0,90 persen) ke level 11.460 per dolar Amerika--depresiasi paling tajam sepanjang 2014. Rupiah melemah seiring dengan koreksi yang terjadi pada mata uang regional Asia lain.
Baca Juga:
Ekonom dari PT Samuel Aset Manajemen, Lana Soelistianingsih, mengatakan sentimen negatif dari data perdagangan Cina membuat investor meminimalkan risiko dengan mengalihkan aset ke safe haven. Ekspor Negeri Tirai Bambu bulan Maret secara mengejutkan turun 6,6 persen, sementara impornya pun turun 11,3 persen. "Hal ini menunjukkan sinyal bahwa permintaan global belum pulih."
Meski secara neto perdagangan masih tercatat surplus senilai US$ 7,71 miliar, perlambatan ekonomi Cina kian nyata. Perdana Menteri Cina merespons penurunan perdagangan ini dengan mengeluarkan kebijakan yang mendorong pertumbuhan, tetapi menghindari kemungkinan menambah stimulus.
Selain penguatan dolar, sentimen negatif dari dalam negeri turut membebani rupiah. Pasar dilanda ketidakpastian seputar siapa yang akan menjadi calon wakil presiden Joko Widodo. "Perbaikan sentimen pasar akan sangat tergantung pada pasangan yang akan diumumkan," ujar Lana. (Baca juga: Pasca-pemilu, Rupiah Paling Lemah di Asia).
Hingga pukul 11.15 WIB, yen melemah 0,12 persen ke 101,65 per dolar AS, rupee melemah 0,34 persen ke 60,2725 per dolar AS, ringgit melemah 0,47 persen ke 3,2382 per dolar AS, dan peso Filipina turun 0,15 persen ke 44,378 per dolar AS.
PDAT | M. AZHAR
Berita Terpopuler
Ruhut: Demokrat Boleh Kalah, Jet RI 1 Tetap Biru
Punya Pesawat Mirip RI, Presiden Ini Terjungkal
Menang Pemilu, Berapa Kursi PDIP di DPR?
Ini Jurus Jokowi Membangun Koalisi untuk Nyapres