TEMPO.CO, Jakarta - Tanpa kehadiran dukungan sentimen positif regional, indeks harga saham gabungan (IHSG) tetap mampu bergerak melaju. Tak heran, laju indeks yang menguat bahkan tampak membelakangi pergerakan sebagian bursa saham regional yang justru mengalami pelemahan. Kecemasan atas kinerja negatif laporan keuangan emiten global disinyalir membuat investor global melakukan antisipasi terlebih dahulu dengan melepas kepemilikan saham. (Baca: Fluktuasi Indeks Tak Terkait Capres Tertentu)
Kepala Riset PT Universal Broker Indonesia Satrio Utomo membenarkan terjadinya kondisi minim sentimen di pasar saham domestik. Imbas hal itu, pelaku pasar pun akhirnya cenderung menjadikan sentimen pemilu presiden sebagai sentimen inti. “Sebelum muncul sentimen positif regional, pasar akan selalu bereaksi merespons wacana calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres),” katanya.
Hingga perdagangan sesi I ditutup, indeks naik 30 poin (0,6 persen) ke level 4.846,30. Sektor saham properti memimpin laju indeks dengan kenaikan sebesar 2,1 persen. Sedangkan sektor manufaktur dan infrastruktur menjadi sektor saham yang paling diminati investor asing. (Baca: Waspadai Bursa Global, Indeks Berpotensi Menguat)
Saham PT Wijaya Karya menjadi pendorong indeks dengan kenaikan sebanyak 6,4 persen menjadi Rp 2.255 per lembar saham. Diikuti oleh saham Adhi Karya yang juga melonjak 7,7 persen ke Rp 3.020 per lembar saham dan Astra Internasional yang naik 0,3 persen ke Rp 7.700 per lembar saham.
Indeks Nikkei 225 dan Hang Seng masih bergerak positif dengan laju masing-masing sebesar 0,21 persen dan 0,02 persen. Sebaliknya, indeks Shanghai terus melanjutkan koreksi sebesar 0,18 persen ke level 2.130,54.
MEGEL
Terpopuler
Bayi Meninggal di Pesawat Lion Air
Dyandra Investasi Hotel Bintang Lima Rp 98 Miliar
Garuda Terbang Perdana Rute Surabaya-Jeddah