TEMPO.CO, Seoul -- Tim penyelamat Korea Selatan bekerja keras mencari korban selamat Feri Sewol yang tenggelam di pesisir selatan negara itu sejak Rabu, 16 April 2014. Upaya itu dilakukan di tengah tuntutan keluarga korban yang membutuhkan informasi nasib sanak famili mereka.
Pada Kamis, 17 April 2014, pihak berwenang Korsel membenarkan bahwa mereka berhasil menemukan korban tewas sembilan orang sedangkan 288 penumpang lainnya masih hilang. Saat tenggelam, kata petugas, feri mengangkut 475 orang.
Al-Jazeera melaporkan dari Jindo, kawasan dekat lokasi tenggelamnya feri, banyak anggota keluarga korban berebut mendekat ke petugas di pesisir Kota Jindo untuk memperoleh informasi mengenai keluarga tercinta.
Park Yung-suk, salah satu orang tua korban, mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa dia menyaksikan mayat seorang guru putrinya dibawa ke darat oleh petugas pada pagi hari waktu setempat.
"Seandainya saya bisa menyelam, saya akan terjun ke dalam air dan mencoba menemukan putri saya," kata Park.
Ayah salah seorang putri dari sejumlah penumpang itu menerangkan kembali, dia menerima pesan teks dari anaknya yang mengatakan bahwa putrinya masih hidup di dalam feri. "Anak saya mengatakan, saya hidup di sana juga masih banyak siswa lainnya hidup. Mohon selamatkan saya secepatnya."
Ferry Sewol saat tenggelam pada Rabu, 16 April 2014, berpenumpang hampir seluruhnya adalah siswa yang sedang berdarmawisata ke Pulau Jeju. Sebelum menghujam dasar laut, kantor Kementerian Keamanan dan Administrasi Publik mengatakan feri mengirimkan pesan darurat sekitar pukul 09.00 pagi waktu setempat.
Televisi lokal dalam siarannya menayangkan gambar feri tenggelam perlahan-lahan, sementara para penumpangnya berlompatan ke laut.
Beberapa jam kemudian, feri benar-benar mencium dasar laut. Hanya badan bagian dasar feri berwarna biru putih menghadap langit. Segera setelah itu, feri tak ada di permukaan.
Tim penyelamat masih terus melakukan pencarian di bawah laut. "Guna mencari korban hilang, pemerintah mengerahkan 30 tim pencari dan alat berat berupa crane untuk mengangkat kapal ke permukaan pada Kamis, 17 April 2014," tulis korespoden Al-Jazeera, Harry Fawcett.
AL JAZEERA | CHOIRUL
Berita lain:
Wanita Italia Koma di Bali, Napoli Galang Dana
Belanda Bantu PT PAL Produksi Kapal Perusak Rudal
Kasus Murid TK JIS, Korban Baru Versi Komnas Anak