TEMPO.CO, Makassar - Komplotan perampok beraksi di sebuah rumah di Kompleks Kesehatan, Jalan Wijaya Kusuma, Bantabantaeng, Kecamatan Rappocini, Kota Makassar, Sulawesi Selatan, Selasa, 22 April 2014, sekitar pukul 13.30 WITA.
Pelaku yang berjumlah dua orang menggasak 1 unit laptop Acer, 2 buah Blackberry, uang tunai Rp 4 juta, serta emas seberat 10 gram. Pelaku juga menyekap pembantu rumah tangga bersama seorang balita di dalam kamar mandi.
Pemilik rumah, Herawati, 56 tahun, mengatakan perampokan itu berlangsung tak lama setelah ia meninggalkan kediamannya. Herawati tidak tahu bagaimana pelaku membobol pagar rumahnya yang digembok. “Saat saya tiba, pintu pagar terbuka. Saya temukan pembantu dan cucu dalam keadaan ketakutan sambil berpelukan di halaman depan,” kata Herawati, Selasa, 22 April 2014.
Seorang anggota identifikasi dari Kepolisian Resor Kota Besar Makassar langsung melakukan pengumpulan data, termasuk memotret bangunan rumah, serta mencari sidik jari pelaku. Kepala Kepolisian Sektor Rappocini, Komisaris Ade Hermanto, mengatakan kasus itu masih dalam penyelidikan. “Kami juga masih menunggu hasil identifikasi dan olah tempat kejadian perkara,” ujarnya.
Berdasarkan pemantauan Tempo, empat kamar di dalam rumah itu tak luput dari sasaran pelaku guna mencari barang berharga. Sejumlah pakaian dan berkas terlihat berserakan. Lokasi perumahan ini tak jauh dari kampus Politeknik Kesehatan Bantabantaeng dan kampus Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Makassar.
Rini, 13 tahun, pembantu rumah tangga yang menjadi korban penyekapan, menuturkan tiba-tiba dua pelaku mengenakan helm masuk ke dalam rumah dan mengancamnya. Sambil menangis dan memeluk Muhammad Gifari yang berusia tiga setengah tahun, Rini meminta untuk tidak dilukai. “Saya diminta masuk ke kamar mandi. Mereka meminta ditunjukkan barang berharga, saya bilang tidak tahu apa-apa,” ucapnya.
Dua pelaku yang berkulit hitam masing-masing mengenakan kaos oblong berwarna merah dengan celana selutut. Salah satu pelaku giginya cacat. “Saya kenal mukanya. Tetapi tidak pernah bertemu sebelumnya,” tutur Rini.
Ayah Muhammad Gifani, Nur Ichsan Nurdin, 43 tahun, menjelaskan rumah mertuanya itu sudah dua kali menjadi sasaran perampokan. Dia menduga para pelaku adalah mereka sebelumnya melakukan aksi serupa, sehingga mereka tahu kondisi rumah ketika ditinggal pemiliknya.
IRFAN ABDUL GANI