TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa mengakui daya saing Indonesia tak cukup kuat guna menghadapi era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada tahun depan. Salah satu hal yang membuat daya saing Indonesia rendah adalah kondisi infrastruktur yang buruk.
"Saat ini biaya logistik yang dibebankan kepada konsumen rata-rata 14,08 persen. Itu tertinggi di ASEAN,” kata Hatta, Selasa, 22 April 2014. (Baca:Produk Tekstil Indonesia Kalah Bersaing)
Menurut dia, idealnya biaya logistik yang dibebankan kepada konsumen hanya 7 persen. Tahun depan, bersamaan dengan berlakunya pasar bebas ASEAN, pemerintah menargetkan biaya logistik yang dibebankan kepada konsumen turun menjadi 10 persen.
Adapun Kementerian Perindustrian menyatakan keyakinannya bahwa industri kecil dan menengah (IKM) bidang pangan sanggup bertahan dari serbuan produk negara lain. Sebab, masyarakat kelas menengah-atas Indonesia cenderung memilih makanan segar.
"Produk lokal tentu lebih unggul kalau soal makanan segar. Jadi pasti tidak akan kalah bersaing di tengah serbuan produk asing,” kata Sekretaris Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah Kementerian Perindustrian Busharmaidi. (Baca:Indonesia Negara Tujuan Investasi Jangka Panjang)
Busharmaidi yakin IKM pangan lokal sanggup bertahan karena, dari sekitar 600 juta penduduk ASEAN, hampir separuhnya berada di Indonesia. ”Tidak akan kehilangan pasar."
Dia menyarankan IKM pangan mulai merintis jalan ekspansi ke luar negeri. Karena selama ini yang menjadi kendala adalah lemahnya pengemasan, ”Kementerian terus berupaya membantu dengan layanan rumah pengemasan,” ujar Busharmaidi.
Di tempat lain, Ketua Umum Ikatan Ahli Gula Indonesia Subiyono menilai tantangan industri gula nasional di era pasar bebas ASEAN ini sangat berat. Saat ini konsumsi gula terus meningkat, tapi pertumbuhan produksinya justru melambat. ”Melihat kondisi industri gula nasional, sulit untuk bersaing dalam MEA 2015. Apalagi menghadapi Thailand, yang merajai pasar gula dunia,” katanya kepada Tempo, akhir pekan lalu.
Subiyono menyebutkan produksi gula di Thailand berkisar 10,6 juta ton per tahun dengan rendemen sampai 11,82 persen. Adapun produksi gula Indonesia hanya 2,55 juta ton dengan rendemen di level 7 persen. Dari total ekspor gula Thailand yang mencapai 8 juta ton per tahun, sekitar 30 persennya mengalir ke Indonesia.
MARIA YUNIAR | AMIR TEJO | DIANANTA P. SUMEDI
Terpopuler
Analis: Kasus Hadi Poernomo Ancam Saham BCA
Langkah Jokowi dan Kasus Hadi Pengaruhi Saham
Dubes Amerika Ajak Bos MNC ke Balikpapan
Hadi Tersangka, Audit BPK Tetap Berlaku