TEMPO.CO, Malang - Sejumlah jalur perjalanan kereta daerah operasional VIII Surabaya rawan banjir dan tanah longsor. Daerah rawan di Malang meliputi Sumberpucung, Pakisaji, dan Lawang. Sedangkan wilayah lainnya ada di Kesamben, Blitar, dan Bangil, Pasuruan. Jalur di kawasan tersebut berada di tebing curam rawan longsor.
"Daerah rawan selalu diawasi, terutama saat musim hujan," kata juru bicara daops VIII Surabaya, Sri Winarto, Senin, 28 April 2014. Tujuannya, memastikan jalur perjalanan kereta aman. Menurut dia, tim penilik memeriksa jalur kereta saat sebelum perjalanan kereta pertama setiap hari. Namun, saat arus mudik dan balik Lebaran, pemeriksaan dilakukan dua kali sehari.
Selain itu, juga disiagakan tim reaksi cepat yang disebut Flying Gang untuk memperbaiki jalur jika dalam kondisi darurat. Geng ini beranggotakan teknisi terlatih dan dilengkapi alat keamanan. Jadi, jika jalur rusak dalam waktu singkat, bisa segera diperbaiki.
Tim Flying Gang terdiri atas 10 personel yang tersebar di 19 resor wilayah Jawa Timur. Tim juga dilengkapi dengan alat material untuk siaga, terdiri atas pasir dan batu serta material jalur kereta lainnya. Selain itu, pengamanan juga melibatkan aparat kepolisian dari daerah yang rawan tindak kejahatan perusakan jalur kereta.
Menjelang arus mudik dan balik Lebaran, petugas memeriksa dan memperbaiki jalur kereta. Sejauh ini masih dilakukan pendataan daerah yang rawan ataupun yang terjadi kerusakan. Material dan peralatan telah disiapkan untuk memperbaiki jalur.
Selain itu, jalur di sepanjang tanggul lumpur Lapindo, Porong, Sidoarjo, juga menjadi perhatian. Pemeriksaan jalur terus diawasi, dan kecepatan kereta dibatasi maksimal 5 kilometer per jam. Tujuannya, demi keamanan dan keselamatan para penumpang kereta.
Sebanyak 160 titik di sepanjang jalur kereta daops VIII Surabaya tanpa palang pintu sehingga rawan kecelakaan. Untuk itu, kawasan tersebut diawasi untuk mencegah kecelakaan. Apalagi, saat mudik Lebaran frekuensi perjalanan kereta bertambah. "Kami berkoordinasi dengan Dinas Perhubungan setempat."
EKO WIDIANTO