TEMPO.CO, Surabaya - Kepala Bank Indonesia Wilayah IV Dwi Pranoto mengatakan el nino yang diperkirakan akan menyebabkan musim kemarau lebih panjang di Jawa Timur pada triwulan III-IV tahun ini, tidak mempengaruhi kelancaran produksi tanaman padi. Menurutnya, manajemen pengelolaan air pertanian di Jawa Timur relatif baik.
Dampak el nino terhadap kenaikan inflasi diprediksi sangat rendah. "Kami memperkirakan kenaikan inflasi akibat el nino sekitar 0,03-0,06 persen," kata Dwi Pranoto seusai menghadiri rapat Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) di Surabaya, Selasa, 29 April 2014.
Ia justru mewaspadai potensi kenaikan inflasi faktor musiman Ramadan dan Lebaran. TPID, kata Dwi, mengimbau pelaku usaha agar mengantisipasi peningkatan permintaan dengan menyediakan pasokan yang cukup. Jika berhasil, TPID Jatim yakin bisa meraih target inflasi sebesar lima persen pada 2014.
Inflasi di Jatim sampai Maret 2014, sebesar 6,59 persen (yoy), lebih rendah ketimbang nasional sebesar 7,32 persen. Tekanan inflasi di Jawa Timur lebih didorong kenaikan harga beberapa komoditas volatile foods seperti cabai rawit, beras, dan bawang putih, serta kenaikan transportasi udara. "Namun kenaikan tersebut dapat ditahan dengan menurunnya harga komoditas volatile foods lainnya seperti telur, daging ayam ras, cabai merah, dan tomat sayur."
Dari delapan kota dalam penghitungan inflasi nasional, empat kota mencatatkan angka inflasi yang lebih tinggi dari rata-rata Jawa Timur yaitu Probolinggo sebesar 7,22 persen, Malang 7,19 persen, Kediri 7 persen, dan Banyuwangi 6,71 persen. Empat kota lainnya mencatatkan inflasi yang lebih rendah, yaitu Jember sebesar 6,50 persen, Surabaya 6,36 persen, Madiun 6,23 persen, dan Sumenep 5,45 persen.
DIANANTA P. SUMEDI
Topik terhangat:
Hadi Poernomo | Pelecehan Siswa JIS | Kisruh PPP | Jokowi | Prabowo
Berita terpopuler lainnya:
Istri Dipaksa Hadir, Akil: Dayak Saya Suruh Serbu!
Puluhan Orang Tua Siswa JIS Mengaku Terganggu KPAI
Andi Mallarangeng: Kementerian Keuangan Kebobolan 3-0