TEMPO.CO, Pemalang - Kepala Badan SAR Nasional Wilayah Jawa Tengah dan DIY Agus Haryono mengatakan jalur evakuasi di Gunung Slamet dalam kondisi bagus. "Masalahnya, jalurnya sempit, tidak sampai 3 meter," kata Agus saat dihubungi pada Ahad, 4 Mei 2014. (Baca: Sebagian Jalur Evakuasi Merapi Rusak Parah)
Sejak Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menaikkan status Gunung Slamet menjadi siaga (dua level di atas normal) pada Rabu lalu, Basarnas telah mendirikan posko di dekat Pos Pengamatan Gunung Slamet di Desa Gambuhan, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang.
Baca Juga:
Tiap hari, posko itu dijaga 12 anggota Basarnas. Selain memantau aktivitas vulkanis gunung tertinggi kedua di Pulau Jawa itu, anggota Basarnas juga berpatroli ke desa-desa yang terdekat dengan puncak gunung berketinggian 3.428 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu.
Mereka memastikan tidak ada warga yang tertinggal saat proses evakuasi jika status Gunung Slamet sewaktu-waktu naik menjadi awas (tiga level di atas normal). Jika Gunung Slamet berstatus awas, radius bahaya diperluas sampai 8 kilometer dari puncak.
Sedangkan desa-desa di lereng Gunung Slamet sisi utara, meliputi wilayah Kabupaten Pemalang, Tegal, dan Brebes, hanya berjarak sekitar 6-7 kilometer dari puncak. Di antaranya Desa Clekatakan dan Desa Jurangmangu di Kecamatan Pulosari, Pemalang. (Baca: Warga Magelang Keluhkan Jalur Evakuasi Merapi)
Hingga kini warga di dua desa itu masih beraktivitas seperti biasa. Sebab, radius bahaya selama Gunung Slamet berstatus siaga hanya 4 kilometer dari puncak. Jika Gunung Slamet berstatus awas, Agus berujar, ada sekitar 35 ribu warga di Kecamatan Pulosari yang harus dievakuasi.
DINDA LEO LISTY
Berita Terpopuler:
Peresmian Rajawali Televisi Dihadiri SBY-JK
Abraham Samad: Serakah, Gaji Selangit Masih Korup
Jokowi Tunjuk Khofifah Jadi Jubir dalam Pilpres
Ingin Ubah Persepsi, B-Channel Ganti Nama Jadi RTV