TEMPO.CO, Surabaya - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini memilih bungkam saat ditanya seputar Socrates Award yang belakangan menjadi pergunjingan di Kota Surabaya. Penyebab pergunjingan itu adalah Wali Kota Risma ternyata mendapat Socrates Award kategori United Europe Award, bukan Innovative City of The Future--seperti yang disebutkan dalam keterangan resmi Pemerintah Kota Surabaya. Penghargaan dunia ini sempat mengharumkan nama Risma di kancah nasional.
Akibat salah sebut nama kategori, Risma diduga melakukan pembohongan publik. "Enggak-enggak, aku enggak mau jawab soal itu (Socrates Award)," kata Risma kepada wartawan di Balai Kota Surabaya, Jumat, 9 Mei 2014. (Baca juga: Risma Diminta Jelaskan Soal Socrates Award).
Juru bicara Pemerintah Kota Surabaya, Muhammad Fikser, mengatakan polemik ini bukan hal yang harus dibesar-besarkan. Sebab, pihaknya tidak punya maksud melakukan pembohongan publik dengan mengubah kategori penghargaan. (Baca juga: Piala Socrates Award untuk Kota Surabaya Keliru?).
Bagian Hubungan Masyarakat Pemerintah Kota Surabaya, kata Fikser, menyebarkan release sesuai dengan undangan yang dikirim oleh Europe Business Assembly (EBA), yakni pemberian penghargaan kategori Innovative City of The Future. "Kami enggak ada maksud membohongi publik. Kalau memang mau ambil pialanya, ya silakan saja. Kami memang bayar, tapi uang itu untuk seminarnya saja, tidak buat beli penghargaannya," ujar Fikser.
Fikser menambahkan, Pemerintah Kota Surabaya bersedia menghadiri undangan itu karena ingin memperkenalkan Kota Surabaya dengan berbagai inovasi layanan publik sekaligus kota ramah lingkungan.
Sebelumnya, ahli komunikasi politik dari Universitas Airlangga, Surabaya, Henry Subiakto, meminta Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menjelaskan kepada publik soal polemik Socrates Award. Henry mengingatkan bahwa penghargaan dari luar negeri tidak selalu hebat, terlebih penghargaan itu dari lembaga swasta.
Dengan tampil di publik, Henry yakin bisa meredam spekulasi-spekulasi yang dikaitkan dengan agenda politik. "Sekarang banyak lembaga pemberi award memiliki kepentingan komersial," kata Henry.
DIANANTA P. SUMEDI
Berita lain:
Boediono Sebut Yang Mulia, JK: Saya Cukup Pak Hakim
Cara Bupati Bogor Mengelak Disebut Terima Suap
Ini Dia Kesalahan Pertama Van Gaal kepada MU
Uraikan Sejarah Majapahit, Terdakwa Ditegur Hakim
Jusuf Kalla Nonton Detik-detik Kesaksian Boediono
Sidang Century, Boediono: Itu Suara Ibu Miranda
Kata Korut, Obama seperti 'Monyet Hitam'