TEMPO.CO, Jakarta: Warga bantaran Sungai Ciliwung menolak pekerjaan sodetan Ciliwung-Kanal Banjir Timur. "Ada sekitar 400 kepala keluarga yang belum sepakat," kata Ketua RW 04 Kelurahan Bidara Cina, Galuh Radiah, kepada Tempo, Sabtu, 10 Mei 2014.
Pekerjaan konstruksi proyek sodetan senilai Rp 1,7 triliun tersebut dikerjakan sejak Kamis, 8 Mei, di Jalan Otto Iskandardinata (Otista) III, Bidara Cina.
Pintu masuk atau inlet sodetan adalah Sungai Ciliwung di Jalan Sensus, belakang Sekolah Tinggi Ilmu Statistik. Sedangkan outlet atau pintu keluarnya di Kanal Banjir Timur, Cipinang Besar Selatan.
Penolakan, menurut Galuh, paling keras datang dari warga di RT 09 dan RT 10 yang tinggal persis di bantaran sungai. Mereka, Galuh menambahkan, belum mendapat jawaban pasti soal ganti rugi atau kompensasi dari pemerintah.
Menurut dia, pertemuan dengan pemerintah daerah dan Kementerian Pekerjaan Umum sudah sering dilakukan. "Kumpul terakhir baru digelar Februari lalu. Saat itu pun belum ada kata sepakat."
Balai Besar Sungai Ciliwung Cisadane, menurut Galuh, baru membuka pilihan item apa saja yang akan diberi kompensasi, seperti ganti rugi bangunan dan air tanah.
Opsi lain yang ditawarkan pemerintah, Galuh meneruskan, adalah memindahkan warga ke rumah susun. "Tapi pas pemerintah ditanya rusun mana, juga nggak bisa jawab," ujar Galuh.
Pantauan Tempo, lokasi rencana inlet berada di permukiman padat penduduk. Jaraknya sekitar 100 meter dari mulut Jalan Sensus yang bersinggungan dengan Jalan Otista Raya.
Kebanyakan rumah di bantaran Sungai Ciliwung ini terbuat dari bahan semi permanen. Lokasinya persis berhimpitan dengan bibir sungai sehingga selalu banjir saat musim hujan besar. (Baca: Sodetan Ciliwung Dibikin, Jalan Ditutup)
SYAILENDRA