TEMPO.CO, Jakarta - Aplikasi penyimpanan berbasis komputasi awan atau cloud kini kian digemari. Tidak hanya menyasar perusahaan, adopsinya juga dihadirkan lewat aplikasi bagi konsumen perorangan, antara lain, iCloud, OneDrive, Google Drive, dan Dropbox.
Komputasi awan digemari karena pengguna tidak perlu menyimpan data di perangkat khusus, seperti flash disk atau hard disk. Meskipun praktis, ada hal yang perlu Anda perhatikan sebelum menggunakan aplikasi komputasi awan.
"Pengguna harus memperhatikan seperti apa pengelolaan data penyedia cloud," ujar Transition Management Assistant PT Linatsarta, Denny Sugiri, di Jakarta, Rabu, 14 Mei 2014.
Pengelolaan yang dia maksud yakni apakah penyedia membagi datanya pada pihak ketiga atau tidak. Denny menyebutkan, penyedia seperti Google, membagi data pengguna ke pihak ketiga untuk beragam kepentingan. Data digunakan untuk melihat kebiasaan pengguna yang nantinya berhubungan dengan pengiklan.
Menurut Denny, jika calon pengguna tidak yakin dengan pengelolaan data, sebaiknya mencari alternatif penyedia lain. "Data yang dibagi ke pihak lain tentu saja berisiko mengalami banyak hal, salah satunya peretasan," kata pakar teknologi informasi ini.
Apabila sudah yakin dengan aplikasi yang dipilih, Anda disarankan untuk mengganti password secara berkala. Denny mengatakan, umumnya pengguna malas menghapal password. Sebaiknya, pengguna juga tidak mengabaikan permintaan pergantian password oleh penyedia layanan.
Sebelumnya, data penyedia solusi teknologi informasi SAP menyebutkan sebanyak 75 persen perusahaan di Indonesia bakal mengadopsi komputasi awan pada 2015. Komputasi awan yang tadinya digunakan oleh perusahaan besar, kini mulai dilirik oleh perusahaan berskala menengah dan kecil. Perusahaan asal Jerman ini juga memprediksi pertumbuhan pasar komputasi awan di Indonesia mencapai US$ 120 juta atau Rp 1,37 triliun pada 2017.
SATWIKA MOVEMENTI
Berita Lain:
Google Glass Kini Tersedia untuk Semua Orang
Inikah Jam Tangan Pintar Rolex?
Mayoritas Perusahaan akan Adopsi Cloud pada 2015